Ch23 - Keadaan Shakira

91 15 8
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

Devan mengacak rambutnya frustasi, sudah hampir dua jam ia berkeliling Jakarta untuk mencari Shakira. Bahkan rumah teman-teman dari gadis itu sudah ia kunjungi tetapi nihil, tidak ada hasilnya.

"Mikir Devan mikir." Devan menyalahkan dirinya sendiri yang dalam keadaan genting seperti ini otaknya masih saja tidak bisa diajak berpikir.

Saat ini, ia menghentikan mobilnya di pinggiran jalan. Mencoba berpikir kemana lagi ia harus mencari Shakira.

"Gue harus cari lo kemana lagi," lirihnya.

Devan tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya malam ini jika ia belum menemukan Shakira. Mana mungkin ia bisa pulang ke rumah dan tidur di kasurnya dengan nyenyak, sedangkan ia sendiri belum tahu bagaimana keadaan Shakira sekarang. Sedang di mana, bersama siapa, sudah makan atau belum, apakah dia disakiti orang lain, apakah dia dalam keadaan aman. Rasanya, Devan ingin menenggelamkan dirinya di lautan saja. Memikirkan Shakira benar-benar memberikan efek yang sangat besar bagi tubuhnya.

Devan menyadarkan diri dari keterdiamannya saat ia mendengar ponselnya berdering.

"Hallo." Devan menempelkan benda pipih ke telinganya.

"Gimana?" tanya orang di seberang sana.

"Nggak ada hasil," jawab Devan singkat.

"Lo pulang aja kalo lo udah nggak sanggup nyari adek gue," ucap Arkan membuat Devan seketika melebarkan matanya.

"Lo gila apa gimana sih, Kak?! Gue nggak mungkin bisa tenang saat Shakira ilang tanpa kabar kayak gini!" bentak Devan, reflek.

"Tapi gue nggak yakin sama lo, bahaya kalo lo nyetir tapi pikiran lo kemana-mana. Gue nggak masalah kalo harus cari Shakira sendirian."

"Lo ngeraguin gue?" tanya Devan sarkas.

"Terserah, masih mau lanjut?" nada bicara Arkan seperti orang putus asa.

"Gue nggak bakal balik sebelum nemuin Shakira." Setelah itu, Devan mematikan sambungannya secara sepihak.

Devan kembali menyalakan mobilnya sembari berpikir tempat mana yang belum ia datangi. Satu tempat yang ada di pikirannya kini.

Sekolah.

Ya, Devan harus ke sekolah dengan harapan ia dapat menemukan Shakira di sana dalam keadaan baik-baik saja.

Devan menyetir dengan kecepatan penuh, semua lampu merah ia terobos. Tidak peduli ia mendapat makian dari para pengguna jalan lainnya, ia ingin cepat sampai. Beruntung, saat ini jalanan sudah mulai sepi.

***

Devan telah sampai di depan gerbang Alexis, ia turun dari mobilnya dan berjalan ke arah gerbang mencoba mencari jalan untuk masuk. Saat sampai, Devan merasa ada yang janggal. Gemboknya tidak terkunci. Bagaimana bisa satpam sekolahnya bisa seceroboh ini hingga membiarkan gerbangnya tidak dikunci.

"Nggak dikunci," ucap Devan pelan.

Ini aneh. Dulu, Devan pernah tidak sengaja meninggalkan barangnya di sekolah, sore-sore bahkan sebelum maghrib ia kembali ke sekolah untuk mengambilnya. Tapi saat itu, gerbang sudah dikunci dan tidak ada orang sama sekali di dalamnya.

"Nggak mungkin kalo satpam sampe lupa, ini udah jam setengah sebelas," ucap Devan masih dengan kebingungannya.

"Astaga Shakira!" Devan reflek berlari ketika pikiran buruk mulai bersarang di otaknya.

Simpangan Rasaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن