END
"Ternyata gue emang nggak bisa menang dari si cowok kampung itu ya."
"Bahkan kalo dibandingin dari segi apapun, dia seribu kali lebih baik daripada lo."
"Udahlah Sha, gue tuh nggak butuh bantuan lo, mending lo pergi jauh-jauh dari gue, enek gue...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
***
Jangan bersama dia, kalo lo nggak benar-benar mencintainya.
***
Keduanya sama-sama diam. Entahlah, atmosfer yang mengelilingi mereka terasa berbeda dari biasanya. Seperti ada tembok besar yang menghalangi mereka berdua.
"Ada apa, Sha?"
"Hah?" Shakira sedikit terkejut.
"Kenapa bawa gue kesini?"
"Ah, itu..." jawab Shakira gugup.
"Bilang aja, lo mau cerita tentang apa?" tanyanya sembari tersenyum.
"Tentang lo."
Syifa terkejut. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya seketika luntur. Syifa mencoba bersikap sewajarnya, tapi rasanya sangat susah. Hati dan pikirannya benar-benar tidak sejalan.
"Maaf, Syifa..." ungkap Shakira.
"Kenapa minta maaf? Lo nggak ada salah," jawab Syifa sedikit tertawa untuk meredam rasa gugupnya.
"Lo salah, gue punya banyak salah. Termasuk sama lo."
"Lo ngomong apa sih? Gue nggak ngerti," balas Syifa berusaha menyangkal.
"Gue pengen bilang sesuatu ke lo..."
Syifa terdiam, "ah kayanya gue harus pergi dulu deh, mau ngembaliin buku ke perpus," ucap Syifa bersiap untuk pergi.
"Jangan bohong, Syifa..."
"Siapa yang bohong?"
"Lo tau? Gue udah berusaha buat bilang semuanya ke lo, tapi lo malah menghindar kaya gini? Tolong Syifa, biarin gue jelasin semuanya ke lo, ya?" pinta Shakira.
"Enggak ada yang perlu dijelasin, Shakira. Lo nggak salah apa-apa."
"Udah cukup lo selama ini berkorban buat gue."
Syifa diam, tetapi matanya sama sekali tidak menatap Shakira. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam untuk menyembunyikan rasa gugupnya. Tapi sepertinya, Shakira bukan tipe orang yang mudah untuk dibohongi. Shakira sangat tahu jika Syifa tengah gugup.