Ch10 - Ditolong Agas

134 25 9
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

"Lo yakin nggak mau bareng gue aja?" tawar Devan.

"Nggak perlu, supir gue juga paling bentar lagi dateng," tolak Syifa.

"Ya udah gue duluan ya, jangan nunggu di sini soalnya di sini sepi. Mending lo masuk aja sana atau kalo nggak nunggu depan pos satpam tuh." Devan menunjuk ke arah pos satpam yang ada di samping gerbang Alexis.

"Iya-iya udah sana pergi," usir Syifa.

"Yee dikasih tau baik-baik malah ngusir, nggak lo nggak Shakira sama aja," ujar Devan melengos, setelah itu ia benar-benar pergi.

Syifa tidak menghiraukan ucapan Devan yang menyuruhnya untuk menunggu di pos satpam. Tempat ini memang sepi, tetapi letaknya tidak jauh dari sekolah, toh sampai sekarang masih aman-aman saja.

Sudah satu jam Syifa berdiri di bawah pohon untuk menunggu jemputannya, tapi sampai sekarang supir pribadinya belum datang juga, bahkan berkali-kali Syifa mencoba telfon tapi tidak ada jawaban sama sekali. Kini rasa cemas mulai melanda Syifa, berulang kali ia menggigit kukunya menandakan jika ia sedang takut.

Beberapa saat kemudian, Syifa melihat segerombolan laki-laki dengan pakaian ala preman, jika dilihat dari wajahnya sepertinya mereka seumuran dengan Syifa tetapi pakaian yang mereka kenakan benar-benar membuat mereka menjadi menakutkan di mata Syifa. Ah, bukan hanya Syifa, mungkin semua orang seperti dirinya akan berpikir seperti itu.

"Aduh mereka ke sini nggak ya." Syifa bergumam dan berusaha mencari tempat yang aman untuk berlindung.

Belum sampai Syifa pergi dari tempat itu, segerombolan laki-laki tersebut telah berdiri di depan Syifa dengan senyum nakal.

"Hai, cantik," ucap salah satu dari mereka.

"Sendirian aja sih, nggak ada temen ya? Mau kita temenin nggak nih," ucap lelaki lain yang dibalas tawa oleh teman-temannya.

"Mumpung kita free loh," ucap lelaki dengan celana jeans sobek-sobek sembari memegang rambut belakang Syifa.

"Lepasin!" teriak Syifa mulai ketakutan dan berusaha menghindar dari sentuhan mereka.

Syifa mulai meneteskan air matanya, ia tidak mungkin bisa melawan para lelaki tersebut yang jumlahnya lebih dari lima itu. Satu laki-laki saja dia tidak mampu apalagi lima.

Para lelaki itu mulai memegang tangan Syifa dan berusaha membawa Syifa pergi dari tempat itu. Syifa hanya bisa berteriak minta tolong, tetapi sayangnya tempat itu benar-benar sepi dan tidak ada yang lewat sama sekali.

"Pikir Syifa pikir," ucap Syifa dalam hati dan berusaha mencari cara untuk lepas dari mereka.

"Bisa lepasin tangan kotor kalian?" tiba-tiba Agas datang dan berkata dengan sorot mata tajam menatap para lelaki tersebut.

"A-Agas," lirih Syifa yang mulai terlihat lemas.

"Wihhh, pacarnya dateng ternyata," ucap salah satu di antara mereka.

"Lepasin dia!" Agas mulai berteriak dan mengepalkan tangan sekuat mungkin membuat jari-jari kukunya melukai kulitnya.

"Agas tolong." Syifa berkata lirih dan tidak bisa menghentikan tangisnya.

Tanpa banyak bicara, Agas segera menghajar mereka dengan tangan kosong. Syifa hanya bisa melihat perkelahian mereka dengan duduk meringkuk di dekat pohon, bahunya bergetar hebat saking takutnya. Agas menghajar mereka tanpa memberi mereka kesempatan untuk melawan, bahkan dia tidak terlihat kesusahan sama sekali melawan orang-orang tersebut padahal jumlah mereka lebih banyak dibandingkan dirinya yang hanya seorang diri.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now