Ch59 - Berjuang atau merelakan

52 8 23
                                    

Now Playing
Afgan - Bawalah cintaku

Selamat menikmati cerita ^_^

Selamat menikmati cerita ^_^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Perasaanku padamu masih sama, tidak berkurang sedikitpun. Tapi, rasa kecewaku padamu tetap tidak akan hilang bahkan sampai detik ini.

***


S

elama bertunangan dengan Gladys, berkunjung ke rumah sakit satu minggu sekali kini sudah menjadi rutinitas Devan. Mengantar, menunggu, menemani, dan menjemput gadis yang mulai saat ini akan menjadi satu-satunya wanita yang Devan prioritaskan.

"Yang kuat ya..." ucap Devan pelan sembari membelai lembut rambut Gladys.

Gladys tidak membalas, matanya sedari tadi terpejam untuk menahan rasa sakit yang sedari tadi menguasai tubuhnya. Kemoterapi benar-benar menyiksa Gladys. Bahkan rambutnya kini sudah mulai habis karena efek samping dari kemoterapi itu.

Dulu, Gladys menolak mati-matian untuk melakukan kemoterapi. Alasannya, karena dia tidak ingin Devan mengetahui penyakitnya, dan dia tidak siap merasakan sakit yang separah ini. Selama ini yang Gladys lakukan hanya menjalani treatment secara herbal, tapi lama-kelamaan dirinya tetap membutuhkan kemoterapi.

"Sakit, Devan..." lirih Gladys tanpa membuka matanya.

"Sstt, nggak papa, aku disini nemenin kamu," ucap Devan menenangkan.

Gladys hanya mengangguk. Perlahan air matanya turun, dia benar-benar tidak kuat. Rasanya sangat sakit dan menyiksa.

"Jangan nangis..." pinta Devan sembari mengusap air mata Gladys dengan jari-jarinya.

Setelah Devan mengucapkan kalimat itu, Gladys benar-benar menuruti perintah Devan. Sekuat tenaga dia berusaha untuk tidak menangis. Dia hanya tidak ingin terlihat lemah di mata Devan, meskipun itu mustahil.

Butuh waktu lama untuk Gladys menetralkan semua rasa sakitnya. Selama itu juga, Devan selalu setia menunggu Gladys. Bahkan lelaki itu sampai melupakan jadwal makannya.

"Gimana?" tanya Devan setelah berhasil membujuk Gladys untuk meminum obatnya.

"Aku nggak suka ada disini," keluh Gladys, rasa pahit dari obat-obatan yang baru saja dia telan masih membekas di area lidahnya.

"Kamu pasti bisa lewatin ini semua, percaya sama aku, ya?"

"Devan..." panggil Gladys tanpa menjawab perkataan Devan sebelumnya.

"Hm?"

"Apa kamu nggak capek?"

"Capek? Capek kenapa? Aku daritadi aja cuma duduk," jawab Devan sambil terkekeh ringan.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now