Ch9 - Ditolak, lagi.

145 27 10
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

Beberapa hari setelah kejadian di koridor sekolah waktu itu, Shakira sama sekali tidak bertemu dengan Agas. Saat Shakira ingin menemui ke kelas Agas, teman-temannya bilang jika sudah tiga hari lelaki itu tidak masuk tanpa keterangan. Jelas saja Shakira panik bukan main, Agas sangat jarang bahkan tidak pernah bolos seperti ini, tapi kali ini lelaki itu bolos bukan hanya satu hari, melainkan sudah tiga hari. Entahlah, apakah luka yang diakibatkan oleh Rian dan teman-temannya waktu itu belum pulih sampai sekarang dan Agas memilih untuk bolos atau apa Shakira tidak tahu. Tapi jika ia memang ingin menunggu luka-lukanya sembuh, kenapa Agas tidak membuat surat izin dengan alasan sakit saja?

Pagi ini, Shakira kembali mengunjungi kelas Agas untuk memastikan bahwa lelaki itu ada di kelasnya, tetapi seperti hari-hari sebelumnya, Shakira tidak menemukan Agas di sana. Kini gadis cantik itu kembali ke kelasnya dengan langkah tergesa, Shakira tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Saat sampai di kelasnya, ia segera mengambil selembar kertas dan bolpoin yang ada di dalam tas sekolahnya.

"Semoga aja ini nggak bikin Agas dihukum deh pas dia masuk ntar," ucap Shakira tanpa menghentikan aktivitas menulisnya.

Gadis itu kini sedang menulis surat izin dengan alasan sakit, tentu saja dengan tulisan yang dibuat latin seperti tulisan orang tua pada umumnya ditambah dengan tanda tangan palsu di pojok bawah. Saat surat izin palsu yang ia buat selesai, ia teringat jika ia pernah menaruh amplop di tas nya, ia pun segera menggeledah seluruh isi tas berharap jika amplop yang sengaja ia sisakan masih ada di dalam tas nya.

"Loh, Sha, nyari apaan sih, kenapa meja lo berantakan gini," Syifa datang dengan raut bingung saat melihat meja Shakira berantakan karena buku-buku yang ia bawa berceceran di atas meja.

"Enggak, ini lagi nyari amplop," balas Shakira tanpa melihat wajah Syifa.

"Amplop? Buat apaan sih," bingung Syifa yang kini telah meletakkan tas nya.

"Gue abis buat surat ijin," jelas Shakira, "buat Agas, kasian ntar kalo dia selalu dapet alfa, takutnya nanti berimbas ke beasiswanya dia," lanjutnya.

Syifa hanya tersenyum saat melihat tingkah sahabatnya itu. Kini Syifa sudah tidak terlalu memperdulikan kenapa Shakira begitu peduli kepada Agas, asal sahabatnya nyaman dengan dunianya maka Syifa pun akan ikut senang, asal tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.

"Gue duluan ya, Syif, tanya-tanyanya nanti aja, ntar keburu masuk," Shakira segera berlari keluar kelas untuk menuju kelas Agas.

Baru beberapa menit Shakira meninggalkan kelasnya, Devan datang dengan senyum sumringah.

"Eh, Syifa tumben sendirian, princess gue mana?" tanya Devan kepada Syifa yang kini tengah membaca novel yang kemarin dibelinya.

"Baru aja pergi," jawab Syifa acuh.

"Kenapa nggak nunggu gue sih," gerutu Devan.

"Emangnya lo siapa sih, Dev," balas Syifa menutup novelnya karena kegiatannya diganggu oleh kedatangan Devan.

"Lo nggak tau kalo gue udah jadian sama Shakira?" Devan berkata dengan tangan bersedekap di depan dada.

"Ck, kasian gue sama lo, hidupnya penuh dengan kehaluan," Syifa berkata dengan menggelengkan kepalanya.

"Aamiin in aja kenapa sih elah," balas Devan sewot.

Syifa hanya membalas perkataan Devan dengan kekehan pelan.

"Ya udah deh gue pergi dulu, ntar jangan lupa sampein ucapan selamat pagi dari gue buat dia ya," ucap Devan.

"Kenapa nggak ngomong langsung atau kalo nggak chat aja?" tanya Syifa bingung.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now