Ch15 - Gelisah

112 21 7
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

"Sial!" Devan menendang pohon yang ada di hadapannya.

"Lo bisa diem nggak sih, Dev! Berisik amat jadi cowok," sahut Radit jengah.

Setelah kejadian di kantin tadi, Devan dan kedua temannya memilih untuk membolos pelajaran berikutnya. Berakhirlah mereka di sini, taman belakang sekolah yang hampir tidak pernah ada orang yang mengunjunginya.

"Lagian ya, Dev, mau lo tendang tuh pohon sampe kaki lo patah juga nggak bakal bikin si Shakira suka sama lo," ucap Rian yang sedari tadi memainkan game di ponselnya.

"Nah bener tuh kata si Rian. Gue bingung, emang lo beneran suka sama Shakira? Lo nggak cuma terobsesi aja sama dia?" tanya Radit.

"Lah si bego, ya iya lah gue suka sama Shakira. Kalo gue nggak suka sama dia, ngapain gue rela permaluin diri gue sendiri cuma buat ngejar-ngejar dia," jawab Devan.

"Si Gladys gimana?" Rian bertanya tiba-tiba membuat Devan menatapnya tajam.

"Nggak usah bawa-bawa dia," sahut Devan.

"Santai bro, gue cuman tanya. Siapa tau lo kejebak cinta masa kecil sama dia," ucap Rian yang diangguki oleh Radit.

"Yoi, gue sama Rian emang nggak kenal siapa dia, tapi kalo gue liat, si Gladys berarti banget buat lo," sahut Radit menanggapi.

"Nggak ada yang bisa gantiin posisi dia di hidup gue," jawab Devan dengan pandangan menerawang.

"Sejak kapan lo jadi playboy gini dah?" tanya Radit bingung.

"Sialan lo," sahut Devan tidak terima.

"Tapi gue bingung, si Shakira sebenernya suka kagak sama si cowok miskin tuh," ucapan Rian membuat Devan menatapnya intens.

"Apa jangan-jangan dia punya niat jahat sama si Agas," sahut Radit ngawur.

Rian memukul belakang kepala Radit pelan membuat sang korban meringis.

"Omongan lo dijaga pea," ucap Rian.

"Kagak usah pake kekerasan juga elah, lo mau gue laporin gara-gara KDRT?" ucap Radit nyolot.

"Makin ngeri gue lama-lama sama lo," jawab Rian bergidik ngeri.

"Tapi kalo dipikir-pikir nih ya, agak aneh juga sih kalo si Shakira lebih milih Agas yang nggak ada apa-apanya dibanding Devan," lanjut Rian.

"Ya lo pikir si Shakira itu sama kayak Amara yang mandang laki-laki dari tampang sama hartanya doang," jawab Radit membuat keduanya terdiam.

"Shakira orangnya kagak kayak gitu, man. Kalo gue liat, dia tuh orangnya tulus, ya walaupun kadang judes gitu. Tapi kalo kita perhatiin lebih dalem nih ya, si Shakira tuh juteknya cuma sama si Devan doang," lanjut Radit melirik Devan.

Devan sedari tadi hanya diam memikirkan perkaraan teman-temannya. Pikirannya hanya tertuju pada seorang gadis yang kini masih menempati tahta tertinggi di hatinya. Sepertinya, Devan sudah benar-benar dibuat gila olehnya.

"Gimana, Dev? Jangan cuma diem lo," ucap Rian menepuk bahu kanan Devan.

"Gue bakal pastiin dulu apa iya Shakira beneran suka sama Agas. Gue nggak akan pernah sudi saingan sama si cowok miskin itu, dia bukan level gue," jawab Devan dengan senyum misterius.

"Kalo emang beneran iya si Shakira suka sama Agas, gue bakal jadi orang pertama yang bakal ngetawain lo," Rian berkata dengan nada meledek.

"Maksud lo apa?" balas Devan tidak terima.

Simpangan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang