Ch31 - Mading dan Si penyelamat

98 11 16
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

***

Hanya laki-laki pengecut yang memiliki nyali untuk menyakiti seorang perempuan.

***

"Kenapa lo?"

Devan mendongak untuk melihat seseorang yang telah mengganggu aktivitasnya.

"Nggak usah kayak cewek yang selalu pengen tau urusan orang," ucap Devan sinis.

"Santai bro," balas Radit cekikikan.

"Shakira lagi?" tebak Rian.

Devan menghembuskan napasnya pelan, apa ekspresinya semudah itu untuk ditebak? Semalaman Devan tidak bisa tidur karena memikirkan Shakira, bahkan tadi pagi saat ia menghampiri kelas gadis itu, Shakira tidak ada di kelasnya.

"Lo kurang gercep sih," kata Rian.

"Kurang gercep gimana maksud lo?" bingung Devan.

"Kalo mau deketin cewek tuh jangan setengah-setengah lah." Rian masih belum mau menjelaskan maksud dari perkataannya.

"Lo aja jomblo, sok-sok an nasihatin orang," kata Radit menyahut dengan tampang tanpa dosanya.

"Sialan lo kurcaci," ucap Rian menendang tulang kering Radit membuat sang korban meringis kesakitan.

Di tempatnya, Devan menatap kedua temannya dengan jengah. Kapan sih, teman-temannya mau bersikap serius di saat seperti ini?

"Bunuh aja tuh orang yang ngehalangin lo buat dapetin Shakira," ucap Radit.

"Agas maksud lo?" tanya Devan.

"Lo yakin cuma si Agas penghalangnya?" Radit balik bertanya.

"Apa sih, nggak ngerti gue."

"Pikir sendiri sono," ucap Radit pada akhirnya membuat Devan mendengus.

"Lo emang nggak pernah waras," kesal Devan.

"Otaknya si kurcaci tuh 99 persen, nggak pernah lengkap, mirip kayak penghuni rumah sakit jiwa. Pantes aja kelakuannya biadab. Kalo nggak sama kita, nggak ada yang mau temenan sama lo," kata Rian sinis.

"Emang ya, si kampret kalo ngomong suka nggak dipikir dulu. Mau gue beliin rem buat ngerem tuh mulut sialan lo?" kata Radit dengan mengelus dadanya, mencoba bersabar.

Sedangkan Rian dan Devan hanya tertawa singkat saat melihat raut sedih Radit yang sengaja dibuat-buat.

"Salah dimana nya omongan gue?" tanya Rian meledek.

"Sorry, Dit. Kali ini gue ada di pihaknya Rian," ucap Devan yang masih cekikikan.

"Emang kapan lo pernah ada di pihak gue sialan!" teriak Radit dengan suara cemprengnya. Ya dia memang laki-laki, tapi suaranya seperti perempuan.

"Pernah kok."

"Kapan, Dev, kapan?" tanya Radit dengan mata berbinar.

"Ntar kalo lo udah musnah," ucap Devan dengan tawa lebarnya. Rian sendiri sudah memegang perutnya yang terasa nyeri karena melihat wajah Radit yang sudah merah karena menahan kesal.

"Hidup lo emang nggak guna," ucap Rian sadis.

Setelah itu, mereka berdua pergi meninggalkan Radit yang kini hanya melongo.

"Gue doain kalian berdua jadi patung berjenis kelamin cewek biar bisa gue jodohin sama patung pancoran!" teriak Radit kesal.

Walaupun Radit kesal dengan kedua temannya, tak urung juga ia menyusul mereka. Mana bisa sih, mereka bertiga dipisahkan. Kalau kata Radit, mereka bertiga itu seperti peralatan sepeda motor. Ibaratnya, Radit bannya, Devan akinya, dan Rian rantainya. Jika salah satu tidak ada, ya sudah, tidak ada artinya.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now