Ch17 - Kalung

105 21 7
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

"Kamu kenapa bisa ada di sekolah aku, Dys?" tanya Devan saat keduanya memasuki mobil.

"Handphone kamu mati, Devan," bukannya menjawab pertanyaan Devan, Gladys malah mengucapkan kalimat yang membuat Devan bingung.

Devan segera mengecek ponselnya, baterainya habis dan Devan lupa untuk menchargernya.

"Maaf ya, hp aku mati. Baterainya abis, aku lupa ngecas tadi," terang Devan merasa bersalah.

"Iya kamu nggak usah ngerasa bersalah gitu ah," kekeh Gladys.

"Ya tetep aja aku ngerasa bersalah, kamu jadi capek-capek ke sini kan."

"Sekolah kamu bukan benua Eropa kali, Dev."

"Oke-oke," putus Devan akhirnya, "sekarang bisa kamu jelasin kenapa kamu bisa sampai sini, hm?" lanjutnya dengan menatap Gladys.

"Aku boleh minta tolong sama kamu?" pinta Gladys.

Devan terdiam, matanya masih setia memandang Gladys yang kini duduk di sampingnya.

"Minta tolong?" bingung Devan.

"Iya, temenin aku cari kado buat mama ya," ucap Gladys menampilkan puppy eyesnya.

Devan yang tidak bisa menahan rasa gemasnya kepada Gladys pun akhirnya mengacak pelan puncak kepala Gladys.

"Ih Devan jangan diberantakin," kesal Gladys.

"Iya-iya maaf, abisnya kamu lucu sih," Devan tertawa kecil.

Gladys hanya diam, secara perlahan pipinya merona. Gladys seketika panik, akan sangat memalukan jika Devan sadar kalau saat ini dirinya tengah blushing akibat perkataan Devan barusan.

"Jadi, kita mau kemana?" lanjut Devan.

"Em, kita cari di mall sekitar sini aja ya."

Devan yang mengerti pun segera menancap gas untuk menuju tempat yang dimaksud Gladys.

Di dalam mobil, Gladys bercerita hal-hal random. Sebenernya pikiran Devan tidak sepenuhnya tertuju pada Gladys. Lelaki itu masih memikirkan bagaimana bisa Gladys dan Shakira tadi terlihat berbincang. Walaupun Devan tahu jika ekspresi Shakira menunjukkan jika gadis itu tidak terlalu nyaman dengan suasananya. Devan tahu, Shakira tidak mudah menerima orang baru, tapi Devan juga tahu jika Shakira mau berteman dengan siapa saja.

"Dev? Kamu dengerin aku nggak sih," ucap Gladys.

"Iya aku dengerin," balas Devan seadanya.

"Kamu capek ya? Maaf ya aku jadi ngrepotin kamu."

"Hei, enggak. Kamu nggak pernah ngrepotin aku, Dys."

Gladys hanya membalasnya dengan senyuman tipis, sepertinya Gladys paham jika Devan tengah memikirkan sesuatu.

Beberapa menit setelahnya, mereka sampai di kawasan mall. Devan turun dari mobil untuk membuka pintu di samping Gladys. Sebelumnya, Devan tidak pernah melakukan hal itu pada Gladys, tapi untuk saat ini, entahlah, Devan hanya ingin. Ia terlalu menyayangi gadis yang kini bersamanya, takut jika Gladys terluka barang sedikitpun.

"Makasih," ucap Gladys tulus. Bibirnya melengkungkan senyuman membuat hati Devan sedikit menghangat.

Keduanya berjalan memasuki mall. Beberapa pasang mata memandang ke arah mereka berdua. Para kaum hawa memandang Devan dengan pandangan kagum, dan melayangkan tatapan remeh ke arah Gladys. Mereka berpikir jika Gladys tidak pantas bersanding dengan Devan, mungkin.

Simpangan RasaOnde histórias criam vida. Descubra agora