Ch12 - Lo bukan Nisa Sabyan

120 23 11
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

"Eh, ada Agas si cowok kere." Agas terdiam saat Amara berdiri di hadapannya dengan tangan bersedekap di dada.

Amara kini memandang Agas dengan tatapan remeh, tubuhnya memutari Agas yang berdiri kaku di tengah-tengah koridor.

"Gue bingung deh sama lo, kok ada ya cowok miskin tapi songong kayak lo," ucap Amara dengan remeh.

"Bukan urusan lo," jawab Agas seadanya.

"Wow, seorang Agas yang cuman ngandelin beasiswa berani ngelawan gue?!" ucap Amara dengan tawa jahatnya.

"Kenapa, Ra? Gue juga manusia, sama kayak lo, kayak kalian," ucap Agas pelan karena ia memang tidak ingin membuat keributan.

"Apa lo bilang, sama kayak kita?! Heh lo tuh sadar diri dong, lo tuh nggak level sama kita! Lo itu cuma rakyat jelata yang lagi untung karena bisa sekolah di sekolah elite kayak gini!" bentak Amara membuat semua orang mengalihkan perhatian mereka ke arahnya.

Sedangkan di sisi lain, Agas hanya bisa menatap ke arah Amara yang kini melayangkan tatapan penuh kebencian ke arahnya.

Agas cukup sadar diri untuk tidak melawan gadis di hadapannya ini, yang bisa ia lakukan hanya diam mendengar olok-olokan temannya. Terkadang Agas sangat menyesali kenapa dirinya tidak bisa seberani saat ia bersama Shakira.

Agas menghembuskan napasnya pelan sebelum akhirnya menjawab.

"Udah ya, Sha. Gue ke kelas dulu," pamit Agas dengan pelan agar tidak memancing keributan.

"Kenapa lo? Nggak berani sama gue?" tantang Amara.

"Gue nggak mau bikin masalah, Ra," balas Agas.

"Kenapa? Takut beasiswa lo dicabut?" tanya Amara remeh.

Tanpa menjawab perkataan Amara, Agas pergi dari koridor sekolah yang kini mulai ramai.

"Lo itu bisanya cuma ngehina orang apa ya." Amara membalikkan tubuhnya saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh gadis yang ada di belakangnya.

"Eh, ada pawangnya si miskin," balas Amara.

"Jaga ya bicara lo," desis Shakira mencoba menahan emosinya.

"Ups, gue salah ngomong ya," jawab Amara dengan satu tangan menutup mulutnya.

"Gue heran deh sama lo, hidup lo tuh ngebosenin tau nggak. Kalo nggak ngebully orang ya nyelakain orang, pantes aja si Devan nggak sudi pacaran sama cewek gila kayak lo," balas Shakira sarkas.

"Lo-" saat Amara ingin menarik rambut Shakira, tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan tangannya dari samping.

"Jangan pernah sentuh adek gue dengan tangan kotor lo, Amara." Arkan berkata dengan tatapan tajamnya.

"Kak Arkan? Kok Kakak bisa di sini?" tanya Shakira saat melihat kakaknya berada di koridor kelas 11.

Arkan diam tanpa menjawab pertanyaan Shakira, tangannya masih setia mencengkeram tangan kanan Amara yang hampir Amara gunakan untuk melukai adiknya.

"Kak, lepasin tangan Kakak ya," ucap Shakira saat melihat wajah Amara yang memerah menahan sakit pada tangannya.

"Tapi dia hampir lukain kamu, Dek," jawab Arkan.

"Aku nggak papa, Kak."

"Kamu nggak bohong sama Kakak kan?" selidik Arkan.

Shakira hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan yang Arkan lontarkan. Sebenarnya ia merasa jengkel pada Amara yang selalu bersikap semaunya, tapi bagaimanapun sebagai sesama perempuan Shakira tidak mungkin tega melihat Amara yang kini merintih kesakitan di depannya. Jika Shakira membiarkan Amara, lalu apa bedanya ia dengan Amara yang suka menindas orang? Tidak, Shakira tidak seperti itu.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now