Ch5 - Rooftop

185 33 24
                                    

Hai! Selamat membaca ^_^

Arkan semakin memperlebar langkahnya saat Reza, teman sekelasnya mengatakan jika tadi pagi dia melihat adiknya tengah menangis di koridor sekolah.

"Kamu kemana sih, Dek. Jangan bikin Kakak khawatir, please," Arkan berkata lirih dengan jantung yang berdetak kencang.

Arkan sangat tahu pasti terjadi hal yang buruk hingga membuat Shakira menangis di tempat umum. Faktanya Shakira memang jarang menampakkan kesedihannya di luar rumah.

Arkan juga tahu bahwa adiknya memang selalu melindungi laki-laki bernama Agas. Entahlah, Arkan tidak mengenalnya. Shakira pun jarang bercerita mengenai Agas, Arkan tahu karena memang semua orang mengetahui fakta jika Shakira seperti malaikat pelindung untuk Agas. Sampai sekarang, Arkan tidak tahu mengapa Agas selalu menolak Shakira, bukan menolak perihal perasaan, tapi entahlah. Arkan tidak mengerti.

Cukup lama Arkan mencari Shakira, seluruh tempat di sekolahnya sudah ia datangi, tetapi sama sekali tidak menunjukkan adanya Shakira di sana.

Ponsel Arkan berdering menampilkan sebaris nama yang membuatnya berdecak kesal. Arkan segera mengangkat panggilannya tanpa menghentikan langkah sedikitpun.

"Hallo," sapa orang di seberang sana.

"Hm," Arkan hanya bergumam.

"Lo kemana aja sih, hah?! Jangan bikin orang khawatir napa," nada bicara Rio terlihat cemas.

"Gue nggak kemana-mana, masih di dalem sekolah juga kok. Udah ya, nggak usah telfon-telfon gue, gue sibuk," Arkan segera mematikan panggilannya sepihak.

Wajar jika Rio mencari dirinya karena sejak jam pertama ia tidak masuk kelas tanpa keterangan. Mencari Shakira lebih penting, itu yang ada dalam pikiran Arkan saat ini. Tidak peduli jika ia akan dihukum, ia hanya ingin adik kesayangannya baik-baik saja.

Arkan berpikir tempat mana yang belum ia datangi, seketika ia sadar jika masih ada satu tempat yang belum ia datangi sama sekali selama hampir tiga tahun ia bersekolah di Alexis. Ia pun bergegas menuju tempat tersebut dengan harapan adiknya ada di sana.

***

Keheningan menyapa keduanya saat pertama kali mereka menginjakkan kakinya di tempat ini. Entah apa yang ada dalam pikiran Devan hingga ia membawa Shakira ke rooftop sekolah. Devan hanya ingin membuat Shakira sedikit tenang saat angin rooftop menerbangkan rambutnya dan langit biru yang membuat hatinya sedikit tenang.

Terbukti saat mereka duduk di pinggiran rooftop tanpa pembatas dengan kaki menjulur ke bawah, Shakira langsung menghentikan isakannya. Angin sepoi-sepoi di rooftop ini memang mampu meredakan emosi seseorang, itu menurut Devan.

"Kenapa lo bawa gue ke sini," setelah sekian lama hening, Shakira mengucapkan kalimat yang membuat Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya, nggak tahu juga," Devan meringis saat ia seketika mendapati tatapan mematikan dari Shakira.

"Dasar gila," desis Shakira.

"Gue tadi cuma mikir kalo gue nggak bisa liat lo nangis gitu, gue pengen nenangin lo," ucap Devan mengalihkan pandangannya ke bawah yang terdapat jalanan padat berisi kendaraan, ciri khas ibu kota memang.

"Tapi setelah gue pikir-pikir, kalo gue ngajak lo ngobrol pasti lo makin emosi sama gue. Yaudah, nggak ada pilihan lain, gue bawa lo ke rooftop. Siapa tau lo langsung tenang dan terbukti kan, lo langsung berhenti nangis pas sampe sini." Devan berkata dengan senyuman bangga membuat Shakira memutar bola matanya malas.

Shakira diam tanpa menjawab perkataan Devan membuat Devan mendengus. Ini tidak bisa dibiarkan, pikir Devan. Ia harus berusaha lebih kuat lagi agar Shakira mau menerimanya, tidak peduli jika orang-orang mengatakan ia hanya terobsesi dengan Shakira karena kecantikannya. Yang jelas, Devan tidak ingin Shakira bersama laki-laki lain selain dirinya, ya kecuali ayah dan kakak dari gadis tersebut. Perjuangan Devan selama satu tahun lebih ini harus membuahkan hasil, Devan harus mendapatkan Shakira, ia jamin itu.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now