Ch34 - I Miss You

97 12 13
                                    

Now Playing
Chen (EXO) feat Punch - Everytime

Yang hobi ngedrakor pasti tau lagu itu wkwk.

Selamat menikmati cerita ^_^

Selamat menikmati cerita ^_^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Aku sadar siapa aku di hidupmu, sepenting apa posisiku bagimu. Tidak masalah, selalu berada di dekatmu saja sudah cukup bagiku.

***

"Gladys?" ucap Devan sedikit terkejut saat mendapati Gladys tengah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Kamu baru pulang?"

"Kamu ngapain disini?" tanya Devan tanpa menjawab perkataan Gladys sebelumnya.

"Enggak papa," ujar Gladys sedikit canggung, "enggak boleh, ya?" lanjutnya.

Devan mengernyitkan dahinya, "kenapa mikir gitu?"

"Hah?" Gladys sedikit tersentak.

"Masuk, yuk!" ajak Devan dengan merangkul pundak Gladys.

"Ke sini sama siapa?" tanya Devan saat keduanya sampai di ruang tengah.

"Sama bapak-bapak taksi," balas Gladys mencoba tidak canggung. Gladys sendiri bingung kenapa tiba-tiba ia merasa asing dengan Devan.

"Ada-ada aja," kekeh Devan, "aku ganti baju dulu, kamu tunggu disini nggak papa, ya?"

"Iya udah sana, kamu bau," Gladys mendorong pundak Devan.

"Yang penting kamu sayang," Devan segera berlari menuju kamarnya setelah ia mengucapkan kalimat tersebut.

Gladys membulatkan matanya, jelas saja ia terkejut saat mendengar perkataan Devan.

"DEVAN!" teriak Gladys kesal, ia bisa mendengar jika Devan tengah tertawa di lantai atas.

Selepas kepergian Devan, Gladys hanya termenung di ruang tengah. Pikirannya berkelana entah kemana, ia kembali mengingat bagaimana kali pertama ia bertemu dengan Devan dan menjadi teman baik sampai sekarang.

Gladys mengingatnya dengan sangat baik, saat mereka masih menggunakan seragam putih merah waktu itu. Saat itu, Gladys kecil hanya memandang ke seberang jalan dengan pandangan sedih, tanpa disadari seorang laki-laki seumurannya tengah memperhatikan Gladys dengan raut bingung. Anak laki-laki itu mendekati Gladys, dan Gladys menjelaskan jika ia ingin membeli es krim, tetapi ia lupa tidak membawa uang. Jelas saja akibat perkatannya, Devan kecil tertawa dengan sangat kencang dan itu sangat menyebalkan bagi Gladys. Tapi tak berselang lama, Devan kecil menyebrangi jalan raya yang masih sangat ramai, kemudian membelikan Gladys es krim seperti yang diinginkan oleh gadis itu. Sejak saat itu, Devan dan dirinya berjanji jika mereka akan menjadi teman selamanya. Ya, teman. Tidak lebih. Gladys sadar itu.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now