Ch26 - Si mulut ular

108 13 12
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

***

Omongan lo itu kayak sampah yang udah nggak bisa di daur ulang. Lo tau? Nggak ada harganya sama sekali.

***

"Kak Arkan!"

Arkan menghentikan langkah saat mendengar seseorang memanggil namanya. Tanpa ia menoleh pun, ia sudah tahu siapa pemilik suara itu.

"Hai, Syif," sapa Arkan.

"Shakira gimana, Kak?" Syifa tidak bisa menyembunyikan raut paniknya.

"Dia udah baikan kok, udah sadar."

"Syukur deh kalo gitu."

Arkan tersenyum tulus memandang gadis yang kini dihadapannya.

"Mau nemenin ke kantin?" tanya Arkan tiba-tiba.

Syifa terdiam sebentar, mencoba mengingat jadwal pelajaran pertamanya.

"Em, boleh deh." Syifa mengangguk pelan.

Keduanya berjalan beriringan menuju kantin yang masih sepi. Sedikit menguntungkan bagi Syifa, karena dia tidak harus menghadapi para fans Arkan yang menatap dirinya nyalang. Tahu kan, jika selain Devan, Arkan juga memiliki banyak penggemar di Alexis?

"Kamu mau pesen apa?" tanya Arkan saat keduanya duduk di meja kantin.

"Enggak deh, Kak. Aku udah kok," jawab Syifa kalem.

Setelahnya, Arkan bergegas untuk memesan makanan karena memang dirinya belum sarapan. Sengaja tidak sarapan karena dia harus ke rumah sakit terlebih dahulu untuk memastikan keadaan adiknya.

"Shakira di rumah sakit sama siapa, Kak? Sendiri?"

"Ada Devan, kok."

Syifa membulatkan matanya, sedikit tidak menyangka dengan apa yang diucapkan oleh Arkan.

"Kok bisa?"

"Si Devan yang maksa, males ketemu guru katanya."

"Bilang aja dia khawatir sama Shakira," kata Syifa dengan sedikit tawa.

"Mereka berdua kan emang keras kepala, susah dibilangin. Tadi malem aja yang nemenin Shakira ya si Devan."

"Kakak nggak takut bakal ada perang dunia apa?"

"Shakira baru sadar tadi pagi, Syif."

"Nanti temenin aku ke sana yuk, Kak," ajak Syifa.

"Boleh, sekalian nanti Kakak mau jenguk dia juga," balas Arkan diakhiri dengan senyum manis.

"Kakak nggak mau cari tau siapa yang udah bikin Shakira kayak gitu?" Syifa bertanya dengan hati-hati.

Sejenak, Arkan diam. Memikirkan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan Syifa.

"Kakak mau pastiin dulu, nggak mau gegabah, Kakak mau cari bukti dulu," ucap Arkan pada akhirnya.

"Kakak pasti bisa, kok," ucap Syifa sembari tersenyum manis.

"Thanks," balas Arkan tersenyum manis.

***

"Agas!"

Lelaki yang tengah merapikan bukunya itu menoleh pada pintu kelas yang kini terdapat seorang gadis dengan senyum manis miliknya.

"Ada urusan apa lo ke sini?" tanya Agas saat Syifa telah berdiri di hadapannya.

"Gue cuma mau ngajak lo kok."

Simpangan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang