Jealous

689 55 3
                                    

"Arkh!!!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Arkh!!!"

"Gak usah lebay."

Algar dengan telaten mengganti perban luka Zidan. Laki-laki itu terus meringis kesakitan saat tidak sengaja lukanya tersentuh oleh temannya itu.

"Lo gak ngerasain jadi gue deh Gar."

"Makanya gak usah sok jadi pahlawan kesiangan buat gue. Nyawa lo itu cuman satu. Dijaga baik-baik!"

"Iya... Iya."

Algar ini sudah seperti emaknya saja saat mengobatinya. Mendumel tanpa henti. Ingin rasanya dia menyumpel mulut temannya itu menggunakan daun supaya bisa diam. Bukannya terimakasih sudah ditolong, malah gini balasannya. Memang teman biadap!

"Tadi siang Salma telepon gue, marah-marah gak jelas. Katanya lo ninggal dia pulang." ucap Zidan.

Mendengar Zidan berbicara itu membuat Algar terdiam. Ia benar-benar lupa kalo dia menjanjikan Salma kalo mereka akan pulang bareng tadi siang. Padahal dia menjenguk Dava pulang sekolah.

"Ah, gue lupa. Gue ada acara pulang sekolah tadi. Lo lihat sendiri kan gue pulang agak sorean tadi?"

"Terus dia gak jadi kesini?" tanya Algar.

"Gak jadi lah. Takut katanya sendirian," balas Zidan.

"Kok lo gak pernah cerita kalo punya sepupu cakep sih Dan," ucap Algar sambil menekan luka Zidan. Zidan mendesis saat lukanya ditekan

"Pelan-pelan! Sakit bego!" umpat Zidan.

"Sorry reflek."

"Ngapain juga cerita ke lo kalo punya sepupu cakep?"

"Sialan. Temen macam apa lo?"

"Kenapa emang? Lo naksir sama Salma?" tebak Zidan.

"Sepertinya begitu. Tapi gue bingung," ucap Algar.

"Kenapa?" tanya Zidan.

"Gue gak berani deketin dia. Gue gak punya apa-apa."

"Cinta itu gak mandang harta, Kalo lo suka ya kejarlah! Jangan cemen gini dong, mainnya pendem-pendeman."

"Ya kalo punya niat."

Algar meletakkan kapas dan peralatan P3K ke bawah setelah selesai mengobati luka Zidan. Dia merebahkan tubuhnya di lantai, tepatnya di teras di samping Zidan. Laki-laki itu menatap langit-langit atap teras dengan pikiran yang terus melayang ke wajah cantik yang katanya sepupunya Zidan itu.

"Sebenernya gue males urusan percintaan gini. Ribet. Ngerepotin hati aja lo Sal, Sal," ucap Algar dengan sendirinya.

"Terus anak yang kemarin sore lo mau taruh dimana kalo lo suka sama Salma?" tanya Zidan yang membuat Algar menyiritkan dahinya bingung.

"Siapa?"

"Itu, cewek yang datang malem-malem nyariin lo." Pikirannya langsung tertuju ke Mona.

"Oh Mona. Dia bukan apa-apa gue. Sebatas senioritas."

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now