friendzone

578 53 5
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ternyata melepas payung di saat hujan tidaklah seburuk yang dia pikirkan. Adel tau, melepaskan seseorang yang bertahun-tahun sudah bersamanya membutuhkan banyak waktu. Dan mungkin ini waktu yang tepat untuk belajar ikhlas dan menerima keadaan yang ada. Apakah dia harus mencari pengganti dan membuka lembaran baru? Jika itu memang cara yang ampuh untuk melupakan seseorang, dia sangat takut sekali.

Takut jika dia terjebak nyaman oleh seseorang yang saat ini berada di dekatnya. Dia takut jatuh cinta lagi. Apalagi dengan temannya sendiri. Bukan takut untuk sakit hati, melainkan dia takut jika itu berujung pada pertemanannya. Soalnya, kalo dia udah benci seseorang, ngelihat saja rasanya ogah apalagi bertemu dan berkumpul seperti biasa.

Sejak putus dengan Iqbal dia merasa tidak ada gairah untuk hidup. Tidak ada yang ia harapkan dari kehidupan. Keluarga nya hancur, percintaan pun gagal. Lantas bagaimana dia harus bahagia? Jika ditanya seperti itu maka dia akan menjawab 'dengannya aku bahagia' Seakan hatinya yang dulu dibuat hancur lebur oleh Iqbal kembali diobati oleh kedekatan mereka.

Padahal jika bisa dibandingkan, banyak sekali laki-laki yang mengejarnya. Dari yang ganteng, tajir melintir , yang royal sampe yang playboy kelas kakap pun banyak sekali, tinggal milih aja. Tapi kenapa mereka sama sekali tidak ada yang menarik perhatiannya.

Banyak dari kita terjebak friendzone. Sebab jatuh cinta paling mudah memang bukan dari kesempurnaan, tetapi dari kenyamanan. Algar memberikan kenyamanan itu. Dia merasa aman jika berada di dekatnya. Mungkin Algar memang sering membuatnya kesal tetapi dia yakin sekali itulah cara dia untuk memberi perhatian. Hanya laki-laki itu yang bisa membuatnya tertawa lagi dengan lawakannya yang konyol. Tidak ada kamus galau jika bersamanya. Yang ada hanyalah kamus kebahagiaan yang membuatnya ingin sekali memeluknya dari belakang malam ini.

Malam ini, mereka berdua berada di atas motor menelusuri jalanan yang sepi. Jalanan yang dipenuhi City ligh itu menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka berdua saat itu. Saling mengomentari pengendara mereka lihat.

"Eh Jon." Algar melambaikan tangannya menyapa seseorang yang ada di pinggir jalan.

"Yo."

Adel memperhatikan orang yang disapa Algar yang tampaknya juga menanggapi sapaannya. Dia tau temannya yang satu itu emang famous. Anak Selatan mana sih yang gak kenal sama Algar? Nama nya sudah menyebar di mana-mana. Mungkin nama nya memang buruk di mata masyarakat. Namun, namanya tidaklah buruk di mata para wanita seperantarannya. Teman-teman perempuan nya dari berbagai kampung, alumni SMP sampai SD saja
banyak yang penasaran dengan Algar.

Tapi kali ini lain, masa tukang telur gulung kenal dengannya? Adel menaikan alisnya penasaran.

"Siapa?" tanya Adel.

"Gak kenal. Asal nyapa aja."

"Gak jelas," balas Adel sambil tertawa.

"Loh. Kita kan harus membudidayakan S4, senyum salam sapa."

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now