Bentrok

609 50 9
                                    

Pertandingan futsal terpaksa harus dihentikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pertandingan futsal terpaksa harus dihentikan. Padahal pertandingan itu hampir selesai. Lantaran adanya bentrok antara suporter kedua sekolahan itu. Bagaimana pun juga mereka adalah musuh bebuyutan, tidak akan bisa jika disatukan dalam satu ruangan. Surat perjanjian pun sama sekali tidak berlaku bagi mereka. Sebatas masuk kuping kiri keluar kuping kanan.

Di dalam gor stadion terjadi hujan botol, kertas, dan benda-benda lainnya. Ada makian dan juga teriakan di dalamnya. Bukannya panik ataupun segera berlari justru Algar malah dengan bangganya bertepuk tangan dengan senyum kemenangannya. Dengan adanya keributan itu, dirinya menjadi terselamatkan oleh taruhannya dengan Adel.

Plak!

Kepala Algar digeplak oleh Adel dari samping. "Lo ngapain masih disini? Buruan keluar! Rusuh gini masih mau di dalem aja."

"Lah Del? Kita keluar nih? Gak seru lah."

"Yang lainnya udah keluar ngejar anak yang udah ngelempar botol kena Lutvia tadi. Lo malah santai-santai aja sambil cengengesan tepuk tangan, lo pikir kita lagi stand up comedy apa?" Adel berkacak pinggang.

"Iya lah. Lawak soalnya. Masa kalah gak terima?"

"Lo ngaku kalah dong berarti?" tanya Adel sambil tersenyum kemenangan.

"Siapa yang ngaku kalah? Gue lagi ngomongin Nazone sama Pakarya," jawab Algar.

"Tapi secara gak langsung lo bilang kalo Pakarya kalah. Berarti gue menang taruhan dong?" Adel menaik turunkan alisnya.

"Gak bisa gitu lah pertandingan belum selesai. Itu namanya curang."

"Dih bodo. Ga mau tau. Nazone menang. Siap-siap traktir gue!"

Adel yang sudah tidak mau tau langsung beranjak pergi menjauh dari gor. Diikuti oleh Algar yang berjalan di belakangnya.

"Gue traktir gorengan serebuan ya di angkringan depan gang?" tawar Algar.

"Ogah!"

Mereka berdua melihat kerusuhan yang dilakukan oleh para anak STM itu. Spanduk sekolah masing-masih semulanya sudah di desain khusus yang  ditempel di depan perantaran gor itu sudah lepas dan sobek. Pot-pot tanaman sudah berserakan di tengah jalan.

Mereka memandang keributan itu dengan santai. Seperti sudah terbiasa dengan hal itu. Mereka malah berjalan dengan santainya ke arah beberapa anak yang sedang nongkrong sambil nyebat di angkringan yang sempat mereka datangi sebelum masuk ke gor tadi.

"Gar! Dari mana aja sih anjing?" tanya Piyan sambil menghirup rokoknya.

"Ribut nih? Rama ikut?" tanya Algar.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now