Angkot Pembawa Rasa

870 75 2
                                    

Algar dan anak STM lainnya sedang mencari keberadaan Okka dan dua kawannya yang memang tidak memunculkan batang hidungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Algar dan anak STM lainnya sedang mencari keberadaan Okka dan dua kawannya yang memang tidak memunculkan batang hidungnya.
Pukul lima sore mereka memutuskan untuk balik ke Base-Camp TPU untuk menongkrong santai sambil menunggu Okka yang belum juga ketemu.

Sejujurnya, mereka takut untuk kembali ke TPU sebelum bertemu dengan Okka, pentolan STM sekaligus pentolan dari Basis BSW. Alasannya, kalau mereka pulang ke TPU disana pasti masih banyak anak kelas 12 dan 11. Tanpa adanya konsultasi tentang kekalahannya melawan anak STM Pakaria dengan Okka pasti akan membuat anak - anak yang ada disana menjadi marah.

"Kita nggak kalah kok, cuman ada sedikit kesalahan," ucap Algar membantu menenangkan anak STM yang raut wajahnya mulai takut.

Mereka berjalan beriringan sambil menunggu truk lewat dengan jalur yang berlawanan. Saat truk besar melintas, anak-anak mulai menyebar ke area jalan raya yang akan dilewati oleh truk itu agar mau ditumpangi oleh mereka.

"Bang, ngikut ya?" pinta anak kelas satu bernama Adit yang memang cukup berbakat untuk menghadang truk karena memang itu menjadi rutinitasnya sewaktu SMP. Berangkat pulang naik truk.

Abang truk itu mengangkat jempolnya dengan ringan. Laki-laki berambut keriting itu terlihat antusias tersenyum melihat ke arah anak-anak. Dia seolah teringat masa-masa kecilnya dulu. Dirinya juga sering sekali seperti mereka. Bekerja sama untuk menghadang truk dengan memenuhi isi jalanan di pinggiran kota.

"Makasih bang, Semoga abangnya diberi rezeki yang melimpah," balas Adit menyertai doa untuk abang truk yang menurutnya sangat ramah dari supir-supir yang pernah ia temui dibanding supir lainnya setiap kali numpang truk.

Anak anak STM Nazone ikut mengamini sebelum mereka menaiki batang truk besar yang masih kosong itu. Adit duduk di bangku supir karena diajak oleh abang supir tadi sekalian memberitahukan dimana mereka akan minta diturunkan.

Seketika klakson motor yang terus membisingi area jalan raya tadi telah berhenti ketika truk itu berjalan.

"Kalian sekolah dimana?" tanya Abang truk itu sambil terus fokus menyetir.

"Tunas 01 Bang."

"Oh, kelas berapa?" tanya abang truk itu lagi.

"Baru naik kelas satu."

Abang truk itu mulai meneliti penampilan Adit yang masih memakai seragam SMP dan kemudian tersenyum tipis.

"Abis dapet penataran dari senior ya?" tanya abang truk menyeringai.

"Kok Abang bisa tau?"

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now