Bala Bantuan

800 63 0
                                    

Mereka memutuskan untuk bermalaman di Kombak Agung karena waktu malam tadi mereka tidak meyakinkan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka memutuskan untuk bermalaman di Kombak Agung karena waktu malam tadi mereka tidak meyakinkan untuk pulang. Dalam kondisi mabuk tidak mungkin juga mereka nekat mengendarai motor untuk pulang.

Mentari menyorot pada segerombolan anak yang masih tertidur pulas di tengah-tengah jalanan tanpa adanya karpet maupun tikar.

Kalo kalian bisa membayangkan, mungkin kalian membayangkan mereka ini udah kayak gembelan terminal yang tidur di sembarangan tempat. Ya, mungkin memang bisa dibilang seperti itu.

Ical bangun duluan, karena ia dibangunkan oleh ibu-ibu yang berada di dekat sana sebelumnya.
Ia langsung membangunkan teman-temannya dengan hati-hati takut mengganggu mereka tidur.

Karena tidak kunjung bangun, Ical sedikit keras membangunkannya.
Maklum saja karena banyak anak yang memilih ikut minum obat pemabuk serta bikin ngantuk tadi malam.

"Arkhh, apasih Cal? Masih enak nih empuk," ucap Algar yang dari tadi dibangunkan tidak mau karena masih nyaman dalam tidurnya.

Dia tidak sadar kalau saat ini dia tertidur di paha seseorang. Semalaman ia mabuk berat dan tidak sadar apa saja yang ia lakukan saat itu.

Ical langsung menepuk pipi Salma dengan pelan. "Sal bangun!"

Salma terbangun. Gadis itu berusaha mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu. Setelah berhasil berkumpul gadis itu mulai menyadari bahwa sedaritadi ada cowok yang berantalan di pahanya.

Dengan kesal Salma langsung menyingkirkan pahanya hingga membuat kepala Algar terjatuh dan terbentur tanah.

"Aduh!"

Algar terbangun dengan tangan yang memegang kepalanya. Dia membuka kedua matanya dan langsung menatap Salma kesal.

"Tega lo."

"Biarin, siapa suruh enak-enakan tidur di paha gua, emangnya paha gua paha apaan?" Algar mencebikkan bibirnya mendengar balasan Salma.

Pada jam sebelas siang mereka kembali menongkrong lagi melanjutkan malam tadi yang sempat tertunda. Tiada kata bosan untuk menongkrong dan pasti ada saja pembahasan random oleh mereka.

Algar mulai beranjak berdiri. Semua teman-temannya mengarahkan pandangan mereka ke arahnya.

"Mau kemana Gar?" tanya Piyan.

"Jum'atan lah, lo Islam gak?"

"Lagu lo kayak ustadz aja, sok alim lo," umpat Piyan.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang