Because Of The Name

882 72 0
                                    

Di sekolah Algar terus saja menyenderkan badannya ke tembok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sekolah Algar terus saja menyenderkan badannya ke tembok. Dia sempat meminta kepada Satria agar posisi duduk mereka bertukar. Jadi Algar yang ada di bagian pojok.

"Gurunya pada kemana sih? Ini niat buat ngajar nggak sih?" keluh anak bernama Ardiansyah. Yang biasanya dipanggil Ardi.

Sejak MPLS kemarin yang disuruh perkenalan dan disuruh menyebutkan nama jadi dia jadi sedikit kenal walau tidak semuanya kenal.

"Malah enak lah gak pelajaran, gimana sih lo?" Siswa berambut mulet menjawab.

Namanya Ridho. Ridho ini memiliki tubuh yang menjulang tinggi. Jadi perbedaan nya sangat berbanding jauh dengan teman-teman yang lain. Jadi ia cepat mengenal namanya.

Ia masih belum terlalu akrab dengan mereka. Hanya interaksi kalo disuruh saja.

"Sayang lah bayar mahal-mahal kalo gak ada yang ngajar. Percuma! Mendingan gak usah sekolah sekalian dah."

Algar hanya melirik dua orang sebangku itu yang ribut sendiri. Jam kosong yang ia rasakan kali ini masih sepi, mungkin karena masih belum mengenal dan belum begitu akrab jadi mereka memilih untuk diam. Namun, itu membuat suasana menjadi ngantuk.

Algar merasa kantuknya semakin memberat. Dia beranjak berdiri ingin pergi menuju ke kamar mandi.

"Mau kemana Gar?" tanya Satria saat melihat Algar berdiri.

"Kamar mandi, mau ikut?"

"Gak ah, dikira kita belok lagi kalo cowok ke kamar mandi bareng." Algar terkekeh mendengarnya.

Algar langsung pergi tanpa menunggu guru yang akan mengajar di kelasnya datang. Di kamar mandi Algar meraup mukanya dengan air. Dirinya terlihat ngantuk saat hari ini tidak mandi. Selain airnya habis waktu pun juga tak dapat bekerja sama. Seolah dipagi hari ia selalu bertarung pada waktu yang terus membuatnya terlambat.

Padahal kalau pulang sekolah ia selalu janji akan tidur cepet sehingga nantinya bangunnya juga cepet. Tapi kenyataannya selalu aja ada halangan sampe malem nggak tidur. Paling awal ia tidur sekitar pukul sepuluh malam kalau terlama ya sampe pagi. Kalau pas capek banget aja baru dia tidur lebih cepet.

Dunianya terlalu sibuk dengan jalanan bahkan sampai makan hanya dua kali dalam sehari. Malam saat di tongkrongan dan waktu istirahat saat sekolah. Itupun kalo uangnya cukup. Kalo nggak cukup ya udah gak makan.
Ibunya tidak pernah memasak dan selalu pulang malam saat ia sudah tidur.

Algar menatap bak kecil sekolahan itu dengan bimbang. Dalam pikirannya terdapat hal yang mengganjal yang harus ia selesaikan.

"Mandi gak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now