Tahun Ajaran Baru

523 48 3
                                    

16 Juli 2018

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

16 Juli 2018

Semua siswa-siswi baru SMA Tunas 01 berada di lapangan menyambut upacara di bawah teriknya matahari. Semua siswa tampak mengeluh sembari mengelap keringat yang menetes di dahi mereka. Ada juga yang mengumpat karena apel pagi tak kunjung dibubarkan.

Pluk!

Pak Bondan selaku waka kesiswaan yang saat ini berdiri untuk berpidato dalam apel penyambutan siswa-siswi baru sekolahannya pun langsung menatap ke atas. Melihat siapa yang berani-beraninya melempar es batu di kepalanya sampai membuat nya ditertawakan oleh anak-anak muridnya.

"MAAP PAK, GAK SENGAJA!"

Seorang siswa kelas 12 dengan seragam kucel yang berada di gedung lantai dua itu menampakkan deretan gigi rapinya yang berhasil memancing perhatian seluruh calon adik kelas yang sedang dijemur habis oleh guru itu di lapangan itu.

"ALGAR TURUN!" perintah Pak Bondan dengan emosi.

Tiga tahun ini namanya semakin melonjak. Dari guru, karyawan, seangkatan, alumni maupun adik kelas itu banyak yang kenal dengannya. Bahkan penjual kantin pun sudah hafal dengannya. Ya walaupun mereka ingatnya dari utang.

Pak Bondan adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang baru. Beliau ini lah yang sering keliling sekolah buat mergokin anak-anak didiknya yang rambutnya sudah gondrong seperti limbad. Algar sudah kena beberapa kali. Tetapi bodo amatlah, dia gak takut -takut banget. Pada dasarnya dia ganteng mau diapa-apain juga tetep ganteng.

Algar yang melihat pelototan Pak Bondan itu ciut seketika. Sumpah, dia bener-bener gak sengaja. Kalo tidak turun bisa-bisa namanya yang akan ke black list mengingat selama ini dia sudah membuat banyak surat pernyataan.

Laki-laki itu menuruni tangga dengan cepat menuju ke lapangan. Menghampiri Pak Bondan dan berdiri di samping beliau. Dia menghadap ke arah calon adik kelasnya dengan tenang. Tidak ada sedikitpun rasa malu dari raut wajahnya. Malahan dia masih sempat-sempatnya cengengesan dengan calon adik kelas yang mengenalnya.

"Kamu ini benar-benar tidak punya sopan santun ya!" ucap Pak Bondan.

"Namanya juga gak sengaja Pak, abisnya kepala bapak kinclong sih jadi es batu saya kan jadi napsu."

Semua calon siswa-siswi baru tertawa mendengar jawaban dari kakak kelasnya itu. Pak Bondan tampak dipermalukan di depan banyak orang. Bu Rita selaku guru BK itu menghampiri mereka berdua di tengah lapangan. Wanita itu meminta izin ke Pak Bondan untuk menyerahkan masalah Algar ke dirinya saja, supaya beliau bisa berpidato dengan tenang. Soalnya percuma jika Pak Bondan ingin mempermalukan Algar, orang urat malunya sudah putus.

"Algar! Buat surat pernyataan di ruangan saya!" tegas Bu Rita.

"Bosen bu nyatet surat pernyataan mulu, kali-kali suruh nyatet nama siswa baru lah biar bisa kenalan," balasnya mendekatkan mulutnya ke mikrofon, yang membuat suaranya bergema memenuhi lapangan. Benar-benar tidak ada takut-takutnya.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora