We Are Selatan

640 59 7
                                    

Suara geberan motor terdengar begitu bising

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara geberan motor terdengar begitu bising. Mereka, sejumlah 9 orang anak sengaja memainkan pedal gas motor mereka di depan sebuah rumah. Namun bukan sebuah rumah, lebih mirip seperti gudang atau markas.

Geberan motor itu membuat sekelilingnya penuh dengan asap. Algar turun dari motornya Bule. Dia sudah menyuruh Adel dan Lia untuk membawa Hasna dan Zahra pergi menjauh dari tempat ini setelah menunjukkan lokasi ini.

"Woi keluar lo anjing!"

Mereka membawa sebuah benda tajam  sembari menggedor-gedor gerbang yang menutupi markas itu termasuk Algar yang sudah berdiri di barisan paling depan. Ia menggunakan senjatanya untuk merusak gerbang yang berlapis kayu tersebut. Piyan pun membantunya dengan menendang gerbang itu dengan kasar yang membuat gerbang itu langsung hancur seketika.

Ia menoleh ke belakang, menatap teman-temannya seakan mengode mereka untuk masuk. Setelah mendapatkan anggukan dari mereka, ia berjalan terlebih dahulu, mendahului teman-temannya yang juga ikut berjalan mengikutinya.

Dia memasuki lorong sepi markas tersebut, melihat banyaknya barang kumuh seperti botol bekas, kardus bekas dan lain-lain. Mereka~anak RJT menggobrak-ngabrik barang-barang tersebut guna menciptakan suara yang membuat orang di dalam merasa terganggu.

Algar tidak menemukan orang sama sekali, kecuali...

Algar berhenti melangkah yang membuat teman-temannya yang di belakangnya pun ikut berhenti. Piyan yang berada di belakang nya pun sontak menabrak punggung nya karena saking tiba-tibanya.

"Kenapa Gar?"

Karena lorong cukup sempit, jadi teman-temannya yang ada di belakang tidak bisa memastikannya lebih jelas. Algar melangkah mundur, dia masih mematung menatap ke arah depannya tanpa bisa berkata-kata.

"Ma-mayat?" Piyan tak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.

Ada seorang mayat, anak kecil yang sudah dikerubungi oleh lalat. Masih ada darah yang berceceran ditubuhnya
membuktikan bahwa itu adalah mayat baru karena darahnya belum kering.

Piyan langsung berbalik arah dan menutup mulutnya karena dia rasa dia ingin muntah melihat banyaknya darah yang bersimbah. Walaupun ia sering melihat darah, tetapi darah mayat ini berbeda dari yang ia sering ia lihat.

"Balik balik!" teriak Bule sambil membalikkan badannya.

Dia menyuruh teman-temannya untuk keluar dari tempat ini, karena itu cukup berbahaya. Bisa jadi mereka yang akan menjadi tersangka dari mayat tersebut, karena mereka membawa benda tajam saat ini.

Mereka bergegas keluar dari tempat itu, tapi tidak dengan Algar yang masih berdiam diri di tempat. Bule yang sadar akan hal itu langsung menggeret lengannya untuk menuntunnya keluar dari tempat ini.

Algar mengikuti Bule, pandangannya masih ke belakang. Ke arah mayat tadi.

"Anak itu korban penculikan. Gue yakin kalo mereka pasti melarikan diri setelah membunuh anak itu."

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now