Sebenarnya Siapa

650 55 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Algar berjalan dengan langkah kaki pelan, sembari menendang-nendang bebatuan yang ia temui di depannya. Kedua tangannya ia taruh di saku Hoodie. Dia pulang sendiri karena teman-temannya mengikuti ekstrakurikuler. Untuk siswa yang super sibuk sepertinya kegiatan tambahan itu hanyalah sebatas penganggu waktu tidurnya saja. Jadi dia tidak pernah ikut, kecuali Pramuka di hari Jum'at karena itu wajib. Itu pun dia sering bolos manjat tembok belakang sekolah kalo sedang malas.

Sebenarnya dia ingin daftar ke ektra futsal dengan Ridho dan Ardi tapi ekstra itu sepertinya tidak cocok untuk dirinya yang dikit-dikit luka, dikit-dikit bonyok, dan setiap hari harus merasakan pegel linu nyeri otot seperti kakek-kakek yang sudah bau tanah.

Terserah saja jika ada yang bilang dia tolol atau sudah gila. Udah tau sakit tapi masih aja dilakuin? Terserah mau bilang apa. Orang-orang hanya tau keburukan yang ia dapat. Dia begitu itu untuk apa? Atas dasar apa mereka melakukannya? Harga diri kah? Cari sensasi? Atau hanya untuk ketenaran belaka?

Yang pasti jika dia sudah masuk ke dalam lubang ini maka tak akan ada arti kebebasan itu.

Jika seandainya dia tidak masuk, dia tak akan pernah merasakan betapa enaknya tidur di emperan hanya beralaskan tikar, dia tak akan pernah merasakan makan nasi satu bungkus tiga orang, dia tak akan pernah merasakan satu batang rokok yang dibuat joinan. Dia tak akan pernah merasakan itu semua.

"Kiw kiw cewek."

"Mau Abang anterin gak?"

Algar mendongakkan kepalanya, penasaran dengan suara laki-laki yang tak asing di telinganya. Di depan gerbang, jelas sekali kalo para anak STM Nazone sedang bergerombol di depan gerbang SMA. Mau apalagi kalo bukan untuk menggoda anak SMA?

Tampak seorang gadis yang berada di samping mereka merasa tak nyaman saat para cecunguk itu menyiuli nya. Mana tampangnya cabul-cabul begitu lagi. Gimana mau nyaman coba?

Algar berjalan ke arah gerbang, berniat untuk mengusir mereka. Yang ada cewek-cewek cantik di SMA sini bisa pindah sekolah gara-gara trauma sama mereka. Dia tidak mau itu terjadi.

"Boleh kali bagi nomer wa nya, jangan sombong-sombong gitu ah, " ucap mereka yang masih terus saja menggoda gadis itu.

"Bagi aja Kak Mon." Tiba-tiba saja suara Algar menyeletuk dari belakang, yang membuat gadis yang sedang berdiri di samping para anak STM itu menoleh.

"Bagi pukulan maksudnya," timpal Algar sambil melirik para anak STM itu dengan tatapan sinis.

"Weh Algar nih? Udah sembuh lo cok?" Gilang memukul lengan Algar, sebagai bentuk sapaan.

"Anjing! Masih sakit bangke." Algar mengelus-elus lengannya.

"Eh sorry sorry, sengaja. Maksudnya gak sengaja."

"Lo pada ngapain sih ada di tengah jalan gini? Bikin pencemaran lingkungan tau gak?" ucap Algar.

"Lo pikir kita limbah apa sekate-kate ngatain pencemaran lingkungan?" Ilham menyahut.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now