Aliansi (2)

515 45 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mereka sampai di titik kumpul pukul 20.00 WIB. Dua Kampung yang menjadi aliansi RJT sudah sampai sedari tadi. Tampak wajah-wajah yang sumringah menyambut kedatangan RJT malam itu. Mereka saling bertosan satu sama lain.

"Tambah kekar aja lo Cal," ucap Bule sambil menepuk bahu Ical.

"Yoi lah, biar musuh pada mikir dulu kalo mau nyerang gua hahaha" jawab Ical sambil tertawa.

"Yaudah sekarang mau gimana? Mau nongkrong dulu apa langsung cabut nih?" tanya Ical sambil menatap seluruh anak-anak.

"Langsungan aja gimana? Nongkrong nya pas balik aja!" balas Bule.

"Poy, lo udah kabarin mereka kan?"

"Udah. Gua bilang jam sembilan," balas Apoy.

"Yaudah langsung cabut aja yuk! Jangan kelamaan! Udah pengen bantai muka-muka songongnya gua, " balas Bule.

Mereka semua langsung naik ke atas motornya. Menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Saling beriringan satu sama lain. Sepasang mata dari pengendara lain selalu tertuju ke arah mereka. Mungkin mereka berfikir bahwa mereka ini adalah gengster. Karena mereka membawa jumlah yang sangat banyak dari biasanya. Jalanan langsung ramai oleh candaan dan gurauan mereka. Tidak mempedulikan tatapan sinis yang ditunjukkan warga untuk mereka. Tatapan itu dianggap angin lalu.

Mereka menuju ke tempat yang sudah mereka sepakati oleh Whamstay. Tempat itu adalah tempat sepi, Seperti Kamaraya. Bedanya, tempat ini cenderung lebih sempit tapi memanjang.

Tempat itu masih sepi. Tidak ada tanda-tanda bahwa Whamstay sudah menginjakkan kaki mereka disini. Padahal ini sudah jam 8 lebih, tapi mereka masih tidak memunculkan batang hidungnya juga. Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu disana, sambil menunggu anggota CR yang ditugaskan Ical untuk memata-matai musuh sudah sampai mana.

"Yakin lo? mereka pada make ilmu?" tanya Ical masih tak percaya.

"Gak tau juga sih. Gue rasa sih iya, soalnya gak mempan pas gua kenain," jawab Paul.

"Badannya pada gede-gede asli," ucap Piyan.

"Halah, gedean mana sama Rifky?" Algar  melirik orang yang berbadan gempal di samping nya. Rifky, bocah DRM yang selalu saja menjadi sasaran empuk buat diledekin karena badannya besar.

"Sialan lo Gar!" umpat Rifky sambil mendorong tubuh Algar.

Algar terkekeh mendengar umpatan Rifky. "Lo sendirian vs lima musuh, bakalan memang lo dah yakin." 

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now