Mundur Sepele

891 82 3
                                    

Kini Algar dan Mona berada di kelas IPS 1

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini Algar dan Mona berada di kelas IPS 1. Mona meminta permintaan pertamanya untuk menyuruh Algar menuliskan catatan paragraf yang kemarin basah karena hujan. Algar merasa kesal karena menurutnya ini bukanlah suatu permintaan namun ini adalah sesuatu perbudakan. Dia saja tidak pernah mencatat di waktu SMP eh ini disuruh catatin punya orang.

Apes Apes!

Mona memberikan dua buku dan satu pulpen ke Algar yang langsung diterima oleh Algar. Algar menatap seisi kelas hampir semua mata tertuju pada dirinya dan Mona. Dengan malas Algar duduk di bangku Mona dan segera menyelesaikan tugasnya.

Tanpa menemani Algar yang tengah menyelesaikan tugasnya. Mona justru berjalan ke gerombolan gadis yang sedang duduk di meja sampingnya. Dia penasaran dengan apa yang teman-temannya bicarakan.

"Kalian bahas apa sih? seru banget," tanya Mona yang sedari tadi melihat teman-temannya yang sedang bergerombol membicarakan sesuatu.

"Lo pacaran sama adik kelas?" tanya salah satu temannya sambil melirik Algar.

Mona membulatkan mata tidak percaya, gadis itu kemudian menggeleng cepat. Dia bahkan tidak perfikiran bahwa dia yang sedang digosipi oleh teman-temannya mengenai hubungannya dengan laki-laki berandal macam Algar.

"Terus kok dia mau disuruh nulisin catatan punya lo sih?" tanya temannya lagi yang membuat Mona gugup.

Dia gugup, takut jika temannya itu mengetahui apa yang direncanakan olehnya. Mona bingung harus menjawab apa.

"Dia suka sama gue," bisiknya di telinga antara temannya-temannya. Dia takut Algar mendengar apa yang menjadi alasannya kali ini.

"Hah? suka?" tanya mereka bersamaan. Suaranya sangat keras yang membuat Mona cepat-cepat membekap mulut mereka menggunakan tangan. Dia menoleh ke arah Algar. Dia berharap pria itu tidak mendengar itu semua.

"Terus kalo dia suka, lo tega-teganya nyuruh dia supaya ngerjain catatan lo gitu? Sumpah, lo tega banget deh," balas temannya yang membuat Mona menggeleng keras.

"Tapi menurut gue dia itu lumayan loh, kenapa gak lo terima aja daripada lo manfaatin kayak gini? Itung-itung buat gandengan lo supaya gak jomblo lagi," ucap salah satu temannya sambil tertawa.

Mona mendenguskan nafasnya.
"Gak bisa. Dia itu berandal. Gue gak suka cowok berandal."

"Masa sih? Kayaknya gue lihat dia anak baik-baik deh," ucap temannya sambil melirik Algar.

"Kalo lo mau, ambil aja! Gue gak mau," balas Mona sambil melangkahkan kakinya pergi dari hadapan teman-temannya.

"Awas aja kalo sampe lo makan omongan sendiri!" teriak temannya yang membuat Mona seakan menulikan pendengarannya.

Mona menghampiri Algar yang berada di bangkunya. Pria itu masih diam menulis. Dia memperhatikannya tulisan itu. Pantesan cepat, tulisannya saja seperti ceker ayam. Sampai dirinya sendiri sulit untuk membacanya.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now