Jalan Pahlawan

660 58 7
                                    

"Udah lah Gar, lo terima aja! Lo tinggal jalanin aja, masalah Bagas-bagas sialan itu gak usah lo pikirin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah lah Gar, lo terima aja! Lo tinggal jalanin aja, masalah Bagas-bagas sialan itu gak usah lo pikirin. Ada kita kita disini, yang senantiasa ada buat lo," ucap Gilang sambil menepuk dada dengan bangganya.

"Bukan masalah itu nya Lang, gue masih mikirin masa depan gue, guru BK sekolah gue udah ngasih peringatan buat gue kalo gue bakalan di keluarin kalo sampai gue ngulangin hal yang sama. Apa kata nyokap nanti coba?" jawab Algar.

"Halah nilai jeblok aja pake acara mikirin masa depan, " ledek Paul. Algar menoleh ke arah laki-kaki berkulit sawo matang itu dengan tatapan tajam.

"Ya kan seenggaknya dapet ijazah gitu," balas Algar tidak mau kalah.

"Ibob aja dapet ijazah juga kerjanya nguli," remeh Paul yang membuat Algar langsung melempar laki-laki itu menggunakan botol Aqua yang sudah kosong yang ada di meja di samping ranjangnya. Laki-laki itu benar-benar gak bisa jaga omongannya.

"Buruan ganti baju! Mau pulang gak?" tanya Bule.

"Siap laksanakan!"

Algar bersiap-siap mandi dan ganti baju karena hari ini dia akan meninggalkan ruangan berbau obat ini, sungguh dia sama sekali tidak betah jika berlama-lama di ruangan ini. Dia ingin merasakan hawa angin luar yang beberapa hari ini tidak ia hirup.

"Cari angin dulu ya Le! Kangen gue udah lama gak muter-muter."

Tanpa penolakan Bule pun hanya mengangguk setuju dan membawa semua pasukan RJT yang ada di belakangnya untuk mengikutinya. Melewati jalan Pahlawan, Simpang Lima, Kota Lama dan tempat-tempat yang selama ini telah menjadi saksi bisu tentang kegilaannya dengan mereka semua yang sulit untuk diceritakan kembali. Jika ia menceritakan satu persatu pasti akan menghabiskan banyak episode. Mungkin akan mengimbangi episode one piece dengan ribuan episodenya.

"Kita nongkrong di tempat biasa, " ucap Bule.

Sejauh apapun ia bermain, sebanyak apapun teman yang ia miliki. Mereka adalah tempatnya untuk pulang.

Malam ini adalah malan pertamanya nongkrong dengan teman-temannya setelah sekian lamanya. Mereka duduk melingkar di pinggiran Jalan Pahlawan. Membicarakan hal konyol yang diluar nalar. Di samping mereka ada sebuah angkringan, jadi mereka bisa memesan kopi dan beberapa cemilan untuk malam ini.

Angin sepoi-sepoi malam seakan membius mereka di dalam kenyamanan. Di temani dengan secangkir kopi hitam yang panas dengan rasa pahitnya yang nikmat.

"Bu Susi, boleh pinjem gitarnya gak?" tanya Rama saat matanya menangkap sebuah benda yang ia lihat di angkringan tersebut.

"Boleh, kebetulan ini tuh punya anak saya yang gak kepake di rumah. Daripada nganggur di rumah mendingan saya bawa kan buat rame rame. Kali aja ada yang bisa maen gitar, " balas Bu Susi, selaku wanita pemilik angkringan itu.

"Wah asik nih, matur nuwun Bu, " balas Rama sambil meraih gitar yang bersandar di samping angkringan tersebut.

Rama mengambil gitar tersebut dan kembali dengan memetik satu persatu senar tersebut, mencoba untuk mengatur nada yang pas dengan lagu yang ingin ia nyanyikan. Intro lagu indah yang sudah bisa ditebak lagi adalah lagunya Pertepan-Semua Tentang Kita.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang