Bulan Ramadhan

542 46 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah menjalani ujian itu, liburan bulan Ramadhan dimulai pada tanggal 11 Juni 2018 sampai tanggal 14 Juli mendatang. Pada hari itu Algar berencana dengan teman-temannya akan membangunkan sahur di kampungnya sendiri dan Kampung sebelah.

"Latihan dulu Le." Piyan sudah sangat bersemangat membawa galon kosong yang sudah siap ia pukul.

Suara berisik pada jam dua malam di tongkrongan mampu menggugah siapapun rumah yang berdekatan dengan Tongkosong.

Dug... Dug... Dug...

"Ayo gue dah hafal nih," balas Niko.

"Jam berapa?" tanya Bule.

"Jam dua," balas Rama sembari melihat jam tangannya.

"Le."

Algar memberikan isyarat pada Bule dengan dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengahnya bersatu lalu ia tempelkan ke mulutnya. Bule yang sudah sangat hafal bahasa isyarat itu langsung mengerti bahwa Algar sedang meminta rokok kepadanya. Lelaki itu tampak menghembuskan nafasnya kesal, tetapi tangannya tetap merogoh kantongnya untuk memberikan temannya itu rokok. Walaupun rokoknya tinggal satu batang, Dia tetap memberikan rokok itu ke Algar.

"Korek nya Le?" tanya Algar menodongkan tangannya.

"Kagak ada, pinjem neraka sono! Udah rokok minta korek gak modal," balasnya.

"Yaelah Le, lo kan udah kerja jadi gak apa-apa lah sekali-kali lo kasih gue."

"Bukan sekali-kali anying, bahkan hampir setiap hari lo minta sama gue," balasnya yang membuat Algar tertawa.

"Itung-itung sedekah sama anak yatim," ucap Algar.

"Gue juga yatim njing, mau adu nasib?" balas Bule yang membuat Algar tertawa lagi.

"Yan, korek?" tanya Algar ke Piyan yang ada di sampingnya.

"Kagak bawa gue," balas laki-laki itu.

"Ko?" Algar bertanya lagi ke arah depan, tepatnya ke arah Niko.

"Dipinjem Paul kemarin, gak dibalikin."

"Apasih ini? Masa cuman modal korek pada gak punya? Miskin jangan kebangetan!" umpat Algar.

"Nih bocah kagak bisa ngaca apa?" balas Bule.

"Lo punya kaca kagak? ngaca bego! Lu lebih mlarat dibandingkan gua bangsat, kagak sadar diri nih bocah," sahut Niko.

Algar tertawa mendengar balasan dan makian dari teman-temannya. Bercanda sampai hina-hinaan sudah biasa di ttongkronga. Tidak ada yang kebawa perasaan atau sakit hati atas hinaan itu. Ya memang mereka tidak pernah tau apa isi hati orang yang diejek itu tapi nyatanya mereka malah merespon hinaan itu dengan tertawa.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang