Trek Malam

546 53 7
                                    

Mungkin entah ini yang dinamakan rezeki anak sholeh atau gimana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mungkin entah ini yang dinamakan rezeki anak sholeh atau gimana. Disaat dirinya lagi butuh-butuhnya uang, ia ditawari balapan liar oleh Gege yang kebetulan dia itu paling tau banget soal dunia permotoran. Gege meminjamkan motornya ke Algar, dengan jaminan kalo Algar menang, uang nya dibagi separuh dengannya.

Tidak mungkin Gege menolak untuk meminjamkan motornya, soalnya lima kali berturut-turut, Algar tidak pernah pulang dengan keadaan dompet kosong setelah pulang balapan. Dia ibaratkan Thomas Muller, ngelawak tapi jago.

Algar mengambil ancang-ancang untuk mengegas motornya, memperhatikkan musuhnya yang ada di sampingnya yang sudah siap di atas motornya.

"ALGAR SEMANGAT!"

Mendengar suara teriakan yang tidak asing di telinganya itu membuat nya menoleh mencari-cari sumber suara itu. Di tengah gerombolan penonton, tampak seorang gadis dengan rambut yang diurai panjang dengan jepit rambut yang menjepit poninya itu tampak bersemangat mensuportnya dari jauh. Algar hanya bisa tersenyum tipis melihatnya.

"Oke, kalo semuanya sudah siap. Kita mulai dari hitungan ketiga ya!" Tampak seorang perempuan penghibur dengan celana mininya itu berjalan di tengah-tengah, antara Algar dan musuhnya dengan membawa sebuah bendera hitam putih.

"Tiga..."

Suasana tampak lebih tegang dari sebelumnya. Algar mulai menegakkan badannya, begitupun dengan musuhnya yang tampak melirik Algar dengan tatapan meremehkan.

"Dua..."

"Satu!"

Sebelum kata 'Satu' selesai. Mereka sudah melesat jauh dari start pertandingan. Mereka saling berselipan, bergiringan sampai membuat seluruh penonton bersorak kencang.

"Apaan gak seru nih masa giring-giringan aja kayak bebek. Tendang lah dari samping!" teriak penonton yang ada di samping Adel.

Adel yang penuh semangat mendukung Algar dari jauh itu pun tampak sedikit terganggu dengan omongan pria itu. Dia meliriknya dengan sinis. Pasalnya pria itu sedari tadi terus saja meneriaki mereka agar bermain kotor.

"Mas, bisa diem gak sih? Kalo sampe itu beneran di dengerin sama mereka gimana?" sentak Adel yang ada di sampingnya.

"Bagus dong. Lebih seru. Dari pada gini-gini doang?"

"Ini ajang balapan ya mas, bukan berantem. Kalo masnya pengen yang seru-seru, ke stadion gulat sana! Bukan disini," balas Adel ketus.

"Kok lo yang sewot sih?" Laki-laki itu tampak termakan omongan Adel. Dia berbalik arah menghadap ke arah gadis di sampingnya itu dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Biarin lah. Kenapa? Gak suka? Kalo gak suka silahkan pergi dari sini," balas Adel acuh tak acuh. Dia sama sekali tidak takut dengan laki-laki itu.

"Lo cewek tapi berani juga ya. Lo sama siapa disini?" tanya nya sambil celingukan, seperti mencari seseorang yang tengah bersama gadis di depannya itu.

"Sama bapak lo."

"Gak ada pacar lo kan? Boleh lah kita PDKT an dulu." Laki-laki itu menjawil dagu Adel sambil tersenyum jail.

Adel yang merasa terganggu langsung menepis tangan laki-laki yang kurang ajar itu. "Apaan sih lo? Gak sudi gue sama lo."

"Ceilah. Jangan galak-galak jadi cewek. Nanti gak ada yang mau," balasnya.

"Anjing! Lo pikir gue cewek apaan?"

Adel memukul pelipis cowok itu dengan kasar yang membuatnya terjatuh mundur ke belakang. Semua orang yang ada disana gaduh melihat keributan yang ada di sampingnya.

Laki-laki itu bangkit dari jatuhnya, merasa harga diri nya sebagai laki-laki di injak oleh Adel langsung ingin membalasnya dengan melayangkan pukulannya. Tapi ditahan oleh beberapa orang.

"Bangsat lo cewek jadi-jadian!" umpat nya.

"Mas mas udah. Dia cewek mas. "

"Dia udah pukul gue bangsat!"

"Tapi dia cewek Mas."

Disisi lain Algar yang sudah mencapai finishnya pun tersenyum bangga karena kemenangan sudah ada di pihaknya. Tetapi bukannya sorakan yang ia dapatkan justru malah keributan. Dia melihat penonton sudah berhasil di alihkan oleh keributan yang terjadi di sela-sela sana.

Algar masih duduk di atas motor sambil melihat keributan itu. Walaupun dia tidak tau siapa oknum yang ada dibalik keributan itu, karena terhalang oleh orang-orang yang mengerumuninya.

"Nih mas, minum dulu!"

Laki-laki itu menoleh, menatap orang yang menjadi musuh balapannya tadi memberikan sebotol Aqua untuknya. Dia menerima botol itu.

"Thanks Mas. Ngomong-ngomong itu ada apa ribut-ribut?" tanya Algar sambil menujuk keributan itu.

"Biasalah, paling kalah gak terima. denger-denger sih cewek tadi yang berantem."

Mendengar kejelasan dari laki-laki bahwa yang berantem adalah seorang cewek Algar yang baru saja ingin minum langsung menyemburkan air nya lagi.
Laki-laki itu langsung turun dari motornya, berlari ke arah kerumunan itu dengan kencang. Algar menerobos orang-orang yang menghalanginya.

"Lo pikir kalo lo cewek, gue bakalan diem aja gitu?"

"Coba sini bales gue kalo berani!" sahut Adel sambil mencondongkan wajahnya seakan memberi peluang agar cowok itu membalasnya.

Cowok itu melayangkan tangannya ingin menggampar cewek di depannya. Namun disaat yang tepat tubuhnya di dorong oleh  seseorang dari belakang hingga membuatnya jatuh terpelungkup.

"Anjing lo!"

Adel terkejut dengan kedatangan Algar yang tiba-tiba. Algar memukuli cowok itu dengan brutal. Beberapa kali sempat dipisahkan oleh orang, namun cowok itu tetap tidak memberi ampunnya. Cowok itu tampak berulang kali meminta ampun ke Algar tapi tidak digubris olehnya.

"Anjing lo apain Adel bangsat!"

Adel mencoba untuk memisahkan mereka berdua. "Gar, udah Gar! Gue gak papa kok."

Adel mengapit kedua tangan Algar supaya berhenti untuk memukul cowok yang sudah terkapar lemah itu. Adel menarik tangan Algar menjauhi kerumunan itu.

"Diapain sama si bangsat itu?" tanya Algar sambil menatap mata Adel dalam-dalam.

Bukannya menjawab, justru gadis itu malah terkekeh melihat betapa seriusnya cowok yang ada di depannya itu.

"Gue gak papa."

"Beneran gak papa? Ada yang lecet gak?" tanyanya sambil mengecek seluruh tubuh Adel, sampai memutarnya.

"Gak ada. Aman. Gue kan jago, sebelum diapa-apain, dia yang gue apa-apain," balas Adel dengan sombongnya.

"Iya iya tau deh. Jadi makan?" tanya Algar.

"Lo menang?" tanya Adel.

"Menang lah. Gak ada sejarahnya Algar kalah balapan. Dari jaman Majapahit kitabnya juga udah ditulis kalo nama Algar selalu menang," balasnya dengan pede.

"Dih. Sombong."

Algar tertawa mendengar umpatan gadis itu. Dia langsung merangkulnya dari samping. Berjalan berdua ke arah motornya.

"Mau makan dimana tuan putri?"

"Mana aja, asal sama lo."

"Bakso mau?"

"Boleh."

"Bakso tikus tapi."

Adel mencubit perut Algar dari samping. Hal itu membuat cowok itu tertawa. Entahlah, menurutnya menjahili gadis itu sangatlah seru. Baru-baru ini kedekatannya dengan Adel menjadi perbincangan tongkrongan. Mungkin mereka memang sudah dekat dari dulu. Tapi rasanya kedekatannya dulu berbeda dengan sekarang. Mungkin karena dulu Adel punya pacar, jadi dia tidak bisa sedekat ini.

*TBC*

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now