Fase 17 Tahun

679 68 8
                                    

Matanya tidak berkedip sama sekali, mengisyaratkan rindu yang amat dalam

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Matanya tidak berkedip sama sekali, mengisyaratkan rindu yang amat dalam. Seorang gadis dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai dengan jepitan bunga yang sudah tidak asing lagi di matanya itu menangis sesegukan di dalam dekapan lengannya.

Sedikit sakit saat lengannya ia gerakan, tetapi dia mencoba untuk menggugah gadis itu supaya gadis itu tau bahwa dirinya baik-baik saja sekarang.

Perlahan kepala gadis itu sedikit terangkat, tampak kelopak matanya yang menghitam terlihat begitu jelas, ada sedikit sisa-sisa air mata yang belum mengering, menandakan bahwa gadis itu baru saja menangis.

"Hey, lo ngapain nangis? Lebay. "

Algar terkekeh setelah meledek gadis itu,  tetapi tangannya juga senantiasa menggapai tisu yang ada di meja rumah sakit di sampingnya. Ia mengambilnya lalu menyerahkan benda itu ke Adel. Biar keliatan kayak cowok-cowok yang ada di drama indosiar gitu, peka dan romantis.

Bukannya menerima dengan senang hati, justru gadis itu malah melempar tisu itu tepat di dadanya, enggan untuk menerimanya entah kenapa. Dia pikir dirinya terlalu romantis sampai membuatnya salting begini.

"Lo nyari gara-gara apalagi sih hah?" tanyanya dengan wajah yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Algar yang mendengar pertanyaan itu bingung. Baru bangun, udah dikasih pertanyaan yang membingungkan dan  membuatnya kesal sedikit. Seharusnya gadis itu menanyakan bagaimana keadaan nya bukannya malah menyalahkannya.

"Del, siapa yang lagi nyari gara-gara sih? Gue kena musibah Del. Gue gak nyari gara-gara, " balas Algar mencoba untuk jujur.

Memang benar, dia sama sekali tidak tau mengenai dalang dibalik penyerangan ini, dia juga sama sekali tidak mengenal siapa orang yang sudah membuatnya terpuruk lemah di dalam ranjang rumah sakit dengan berbagai perban yang menempel di seluruh badannya.

"Lo nyari gara-gara! Seenaknya lo tinggalin tongkrongan! Ngejauh dari kita. Kita semua disini khawatir sama lo tau gak? Kita takut apa yang lo alami kali ini terjadi disaat lo gak ada disisi kita Gar, " balas Adel.

Mata gadis itu tidak bisa bohong kalo ia sangat mengkhawatirkan keadaannya saat ini. Dia tidak tau apa masalah Algar di luar sana, tapi perasaannya mengatakan kalo laki-laki itu sedang terjebak dalam suatu masalah.

"Kenapa sih lo ngejauh dari kita?" tanya Adel melembutkan nada suaranya, menahan tangis yang ingin pecah saat itu.

"Gue gak ngejauh dari kalian. Kalian yang ngejauhin gue! Gue ngerasa gue udah gak dibutuhin lagi disana. Gue sadar diri Del. Karena gue tau, gue cuman beban buat kalian."

"Siapa yang bilang lo beban? Gak ada istilah beban di dalam pertemanan, " balas Adel.

"Buktinya dari dulu gue selalu buat kalian kena masalah, dari masalah sama Pamas sampai ke masalah Salma." Algar menunduk sambil memainkan jemarinya.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Där berättelser lever. Upptäck nu