Bansos

652 57 3
                                    


Pukul tiga sore, Bule datang dengan seorang gadis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul tiga sore, Bule datang dengan seorang gadis. Gadis itu menatap ke arah Algar yang tertidur pulas di atas karpet yang sudah digelari oleh teman-temannya. Bule meletakkan satu buah bubur di samping laki-laki itu. Ia membangunkan Algar dengan kakinya.

"Woi bangun!"

Algar menerapkan matanya melihat Bule yang datang bersama seorang gadis. Dia adalah Salma. Salma tersenyum ke arahnya. Algar mengubah posisinya menjadi duduk.

"Tuh gue beliin lo bubur. Makan dulu sana! Gue gak mau lo mati mengenaskan," suruh Bule.

"Lo makan aja! Gue mual." Algar menggeser bubur itu menjauh darinya.

Bule berdercak sebal. "Mau gue gampar lo? Gue relain beliin lo bubur buat lo makan, malah lo suruh gue yang makan."

Salma mengambil alih bubur itu. "Biar gue suapin."

Algar terkejut bukan main. Dia sedikit menegakkan tubuhnya mendengar itu. Dia malu karena pernyataan yang dia katakan kemarin sebelum dia pingsan di kantin. Apakah Salma mendengarnya? Sungguh, dia berharap gadis itu hilang ingatan.

"Gak-gak usah Sal, gue makan sendiri aja." Algar segera meraih bubur itu dari tangan Salma dan segera membuka bungkusnya.

Pelan-pelan dia melahapnya, walaupun perutnya masih mual tetapi dia tetap memaksa makanan itu untuk masuk. Hanya tiga sendokan saja, dia langsung menutup bubur itu dan menggesernya menjauh.

"Habisin!" suruh Bule yang daritadi masih berdiri melihatnya makan. Laki-laki itu sudah seperti bodyguard nya saja. Memasang tampang seram dan melipatkan kedua tangannya di dada.

Algar menggeleng cepat. Dia sudah tidak mau memaksakan makanannya untuk masuk. Dia bisa muntah lagi kalo itu terjadi.

"Habisin atau lo yang gue habisin!" Bule masih terus memaksanya untuk menghabiskan.

"Makan yang bener, biar sembuh. Kalo sakit kayak gini siapa yang susah?"

"Iya-iya ah, lo pergi aja sana! Gue mau lanjut tidur."

Algar meraih bantalnya, ingin merebahkan tubuhnya di atas karpet. Tetapi, dia tidak tidur kali ini. Dia mendengarkan cerita-cerita dari anak-anak yang sedang menyimpulkan siapa pelaku dari penyerangan yang terjadi di Kampungnya Salma.

"Gue barusan kesana, Rusak parah. Banyak yang dibakar habis," ucap Bule.

"Lo pada curiga sama Pamas gak sih?" tanya Oji.

Salma menggeleng cepat. "Gak mungkin kalo itu ulah Pamas. Kita gak punya masalah sama mereka. Mereka gak punya alasan buat nyerang Kampung kita."

"Walaupun Pamas terkenal biang keroknya Utara, tapi percaya atau enggak, mereka gak akan nyerang kalo gak punya masalah," ucap Salma.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now