Dalang Di Balik Penyerangan

721 60 5
                                    


"Dari ciri-cirinya aja udah keliatan kalo mereka bukan Pamas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dari ciri-cirinya aja udah keliatan kalo mereka bukan Pamas. "

"Pamas selalu terbuka walaupun nyerang di kandang musuh sekalipun itu. Sedangkan mereka tertutup. Pake helm, pake masker, sama sekali gak keliatan identitasnya anak mana, " timpal Oji.

Algar hanya diam mendengarkan ocehan-ocehan tidak jelas dari teman-temannya yang sangat penasaran siapa dalang di balik penyerangan ini.

"Andai aja kita gak telat waktu itu, pasti kita udah nangkep mereka duluan, " ucap Piyan yang tampak kecewa.

"Udah lah ya, yang penting kan Algar selamat. Kita udah berhasil nyelamatin Algar itu udah lebih dari cukup, gak perlu disesali," balas Rama.

"Ya gak gitu Ram, kita waspada juga. Siapa yang tau bakal ada korban selanjutnya?"

"Hush, jaga omongan lo! Gak bakal ada korban lagi," balas Rama dengan cepat.

"Kayaknya gue tau mereka siapa."

Algar yang daritadi hanya diam akhirnya membuka suara. Mereka semua menoleh menatap Algar dengan tatapan bertanya-tanya.

"Siapa?"

"Musuh sekolahannya Rama. STM Pakaria," balas Algar dengan yakin.

Dia yakin sekali bahwa itu adalah ulah mereka. Dari ciri-cirinya saja sudah jelas sama persis dengan orang-orang yang menyerang sekolahannya waktu itu.

"Serius lo? Buat masalah apa lo sama mereka?" tanya Piyan penasaran.

Tampak semua teman-temannya itu menghentikan aktivitasnya hanya untuk mendengarkan penjelasan darinya. Termasuk Rama, yang pastinya sudah mengetahui apa penyebab terjadinya bentrok ini.

"Waktu itu, sempet ada penyerangan juga di sekolahan gue. Gue kira mereka salah target, karena nyerang sekolahan gue bukan sekolahan nya Rama yang jelas-jelas musuhnya. Ternyata mereka memang sengaja nyerang sekolahan gue, itu semua karena gue. Mereka ngincer gue."

"Okka bilang, mereka dapat informasi tentang gue, sekolah gue, jalanan yang sering gue lewatin sampai ke kampung gue. Itu juga jadi alasan kenapa Minggu-Minggu itu gue selalu ikut basis," ujar Algar.

"Kenapa mereka cuman ngincer lo?" tanya Bule yang sepertinya tidak terima jika Algar yang disudutkan.

"Gue gak tau, padahal gue bener-bener gak ngelakuin sampe sejauh itu. Musuh kena karena dikeroyok Le, bukan gue. Iya kan Ram?"

Rama mengangguk setuju. "Ini gak beres Le. Gue yakin banget yang kasih informasi tentang Algar itu adalah dalang dibalik ini semua."

"Gue nyesel banget disaat lo susah kayak gini, gue gak ada disamping lo waktu itu. Sorry Gar."

Algar terkekeh mendengarnya. "Gak usah lebay."

Tampak pintu rumah sakit terbuka sempurna. Empat orang laki-laki yang masih memakai seragam putih abu-abu itu masuk tanpa izin. Siapa lagi kalo bukan Gilang, Ravael, Ilham, dan Arga.

"Oi Algar! Akhirnya lo bangun juga anjing! Gue khawatir banget sama lo tai," ucap Gilang sambil menepuk kaki Algar dengan keras.

"Arkh kaki gue masih sakit babi!" balas Algar sambil mengelus kakinya.

"Oh maap-maap gak sengaja. Kaki lo masih sakit ya? Gak perlu di amputasi kan?" tanya Gilang sambil memperhatikan banyak luka di kakinya.

"Lo pikir indosiar? Sakit dikit diamputasi," balas Algar.

"Hahaha kali aja gitu."

"Muka lo udah kayak samsak tinju aja dah Gar, Kalo kayak gini mah gantengan gue sih hari ini. " Gilang merapikkan rambutnya ke belakang dengan gaya yang sok keren.

"Pengen huek gue," sahut Ravael yang ada di belakang laki-laki itu.

"Eh Bang, Maaf gak liat kalo ada orang."

Mereka berempat menyalami mereka~ anak RJT yang kebetulan juga ada disana. Mereka sedang duduk-duduk di sofa rumah sakit, sambil bermain gitar dan menikmati cemilan. Ke empat anak itu pun juga ikut duduk di samping mereka, sambil sesekali mencomot cemilan.

"Kecil-kecil udah katarak aja lo," balas Rama.

"Ahahaha. Dia mah bukan katarak lagi Bang, tapi buta map, " balas Arga.

"Ngikut aja sih lo upil plangton."

"Sorry ya Gar, waktu itu gue sempet gak percaya kalo kita ada yang ngikutin. Andai aja gue percaya sama omongan lo, pasti semuanya gak bakalan kayak gini," ucap Gilang dengan penyesalannya.

"Malahan gue ngiranya elo yang diincer, eh ternyata gue sendiri," balas Algar.

"Ngomong-ngomong mereka siapa sih?" tanya Ravael.

"STM Pakaria," balas Rama.

"Bujug buset, yang bener aja lo Bang?"

"Ngapain gue bohong."

"Mereka ngincer Algar sampe buntutin balik? Gila banget tuh orang."

"Anjir kagak bisa dibiarin ini mah. Ham, telpon Okka deh coba. Kita gak bisa diem aja, kita harus bales ini." Gilang menyenggol Ilham, menyuruh agar pria itu mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong.

"Eh gak usah, gak usah! Apaan sih kalian? Gak ada balas-balasan! Cukup gue aja yang ngerasain. Kalian jangan!" sahut Algar.

"Tapi kan Gar, lo itu temen gue. Dan lo kayak gini gara-gara siapa coba? Gara-gara kita juga kan? Kita gak mungkin diem aja lihat lo diginiin. " balas Gilang.

"Udah gak usah. Gue gak papa kok. Anggap aja ini impas, antara gue sama Bagas. Jadi gak usah ada balas-balasan, " jawab Algar.

"Tapi-"

"Kalo lo balas dendam, gue gak mau ikut basis lagi, " ancamnya yang membuat Gilang menutup mulutnya kembali.

"Oh iya satu lagi. Jangan sampai Okka atau yang lainnya tau soal ini! Cukup kalian aja yang tau, " peringatnya.

"Yah gak seru dong!"

Dia sangat kenal dengan mereka, mereka tidak jauh berbeda dengan anak RJT. Dunia mereka itu keras, mereka tidak mengenal jalan lurus, anak STM hanya mengenal jalanan yang berlubang. Mereka itu solid, bromance dan sudah terverifikasi di dalam kekerasan. Jadi gak akan ada habisnya kalo mereka sudah bermusuhan dengan sekolahan lain. Sudah pasti bentrok itu tidak cukup hanya satu kali balas dendam. Pasti dendam itu akan terus terulang, tiada habisnya.

"Btw kalian kok jam segini udah pulang?" tanya Algar yang mulai mengalihkan topik pembicaraan.

"Si Gilang nih biangnya Gar, ngajakin bolos dia," balas Ilham sambil menunjuk pria berbadan gemuk di sampingnya itu.

"Kok gue sih anjing? Kan lo yang ngajakin duluan. "

"Tapi lo nerima kan?"

"Ya iya lah. Siapa coba yang gak mau?"

"Ingin rasanya gue berkata 'tobatlah nak' tapi gue sadar, gue belum tobat juga, " balas Algar yang membuat mereka semua tertawa.

"Thanks ya. Selama ini kalian udah jagain Algar disaat gue lagi gak ada di samping nya, " ucap Bule.

"Santai aja kali Bang. Algar itu udah jadi bagian keluarga kita juga."

"Widih jadi anak basis rupanya sekarang, " ledek Bule.

"Habis ini dia bakal gantiin Almarhum Ari deh kayaknya Bang, megang basis Selatan."

"OGAH!"

Bersambung...

Gimana? Kangen gak sama cerita ini mwehehe. Btw sekarang ini lagi sibuk banget, karena aku mau magang. Mungkin kalo udah magang, bakal jarang up deh. Tapi aku usahain ya hehe.

Atas Nama Solidaritas ( TAHAP REVISI )Where stories live. Discover now