Ch. 58 - Turnamen Internal

288 40 8
                                    

Halo para Pembaca! Sehat? Atau ada yang positif Covid-19? Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan dijauhkan dari Covid-19. Semoga yang positif Covid-19 segera diberi kesembuhan.

Selamat membaca!
________________________________________

Pada sisi lain di Desa Kardia, Syla baru datang dan menemui Ren yang masih sibuk menghitung dagangan yang akan dijual ke desa-desa terdekat.

"Ren, liat Arka?"

"Eh? Arka udah balik, ya?"

"Iya. Tadi dia bilang mau ke Desa Kardia. Dia ngajakin aku tapi masih ada materi yang harus kusiapin untuk kelas besok."

"Maaf, Syl. Dari tadi aku sibuk ngurus ini, jadi nggak lihat Arka."

"Kerjaan kamu udah beres?"

"Uhm. Baru aja beres. Ini aku mau balik ke rumah."

"Yuk, bareng!"

Syla dan Ren jalan berdampingan menuju rumah Kepala Desa, 'rumah mereka'.

*Ceklek*

Syla membuka pintu dan langsung masuk. Disusul Ren.

"Kami pul--" Kata-kata Syla terhenti karena pemandangan yang tidak biasa terlihat olehnya. Setelah tertegun sesaat, Syla menoleh ke arah Ren yang berada di belakangnya. "Ren, kita liat-liat seputaran desa dulu, yuk..." Syla tersenyum manis.

Ren awalnya agak bingung, tapi kemudian ia mengintip sedikit ke dalam dan akhirnya ia memahami maksud Syla. "Kebetulan, ada dagangan yang lupa aku masukin kereta..." Ren pun tersenyum manis.

*Ceklek*

Pintu kembali ditutup. Namun kali ini disambut dengan teriakan dari dalem.

"Sylaaa! Reeen! Ini... Ini... Aku nggak tau apa-apaa! Grista tiba-tiba nyi--" Arka berteriak memanggil Syla dan Ren, tapi teriakannya dibungkam oleh Grista.

Grista kembali menyumpal mulut Arka dengan bibirnya. Setelah tubuh Arka mulai rileks lagi, barulah Grista melepas ciumannya. Ia merenggangkan pelukannya, menempatkan wajahnya sejengkal di hadapan wajah Arka, melirik ke bawah, dan berkata, "A-Arka... Maafin aku... Aku nggak bisa lagi menyimpan perasaanku ke kamu..."

Mendengarkan ucapan Grista, Arka hanya bisa terdiam, berkedip, lalu menelan ludah. Arka tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Aku... Aku m-me-menyukaimu! Aku... Aku mulai menyadarinya saat kita sering ngobrol waktu masih menjalankan misi penjagaan perimeter Undead Tower dulu... Sejak itu, aku selalu mikirin kamu... Aku ingin selalu sama kamu... Aku tau aku nggak secantik Syla dan Ren... Tapi, aku nggak bisa menyimpan perasaan ini lebih lama lagi. Aku tersiksa. Dan aku nggak berharap kamu membalas perasaanku ini... Aku hanya... Aku hanya..." Grista terlihat sudah di ambang pecahnya tangisannya.

"Aku juga menyukaimu." Arka memotong kata-kata Grista.

"Aku hany ingin... Eh?" Setelah menyadari ucapan Arka, Grista langsung menatap mata Arka, terkejut karena ia tidak mengantisipasi bahwa perasaannya akan dibalas oleh Arka.

"Iya. Sejak waktu itu juga." Arka tersenyum.

"..." Grista hanya diam menatap kedua mata Arka. Tatapan mata Grista gemetar. Kemudian, tanpa suara, air mata mengalir di pipi Grista. Air mata itu adalah air mata bahagia.

Arka tak membiarkan air mata itu jatuh dalam kesendirian. Ia menyeka air mata yang ada di pipi Grista dengan jempol tangannya. Kemudian ia meletakkan telapak tangannya di pipi Grista.

Grista tertunduk, lalu membenturkan wajahnya di dada Arka. Dia memeluk Arka dengan segenap hatinya. Samar-samar Arka mendengar ucapan Grista di dadanya. "Terima kasih, Arka..."

Isekai Medic and Magic 3 : AcademyWhere stories live. Discover now