Ch. 64 - Evakuasi

199 36 4
                                    

Seminggu ini sangat tidak ada mood untuk mengetik cerita. Banyak masalah, banyak pekerjaan, dan akibatnya menjadi terlalu penat.

Yak, selamat membaca.
______________________________________

Sinar putih turun dari langit. Terlihat seperti pilar tinggi yang tercipta dari cahaya. Langit gelap, namun sinar itu telah menggantikan terangnya cahaya mentari. Semua orang baik yang berada di tengah arena maupun para penonton dan pedagang yang ada di sekitarnya diam terpana menyaksikan fenomena itu.

"Arka! Perasaanku nggak enak! Kayaknya sinar itu... Berbahaya!" Ren berbicara dengan nada tegang kepadaku.

"Eh? Bahaya, ya..." Aku diam sejenak sambil ikut terpana melihat pilar cahaya yang jatuh dari langit. Kalau benar sinar itu berbahaya, berarti semua orang yang ada di sekitar sini terancam. Mereka semua dalam bahaya. Karena, melihat dari fenomena yang terjadi, berarti ini termasuk magic berskala besar. "Aristo! Segera evakuasi semua orang!" Aku berteriak ke arah Aristo, Kepala KAA, yang tentunya juga sedang terpana.

Mendengar teriakanku, Aristo langsung terbangun dari lamunannya. Dia menatapku, berkedip beberapa kali sambil mencerna ucapanku, lalu matanya terbelalak lebar. Ia bertanya kepadaku, "apakah sinar itu berbahaya?"

"Aku nggak tau. Tapi yang jelas, fenomena ini adalah hasil dari magic skala besar! Jangan ambil resiko!" Teriakku dengan lantang kepada Aristo.

Akan tetapi, di luar dari antisipasiku, semua orang yang berada di sekitar kami mendengar teriakanku. Mereka semua menoleh ke arahku. Dan tiba-tiba...

"Kyaaaaaaaaa!!!"

Seorang wanita, entah siapa, berteriak kencang. Teriakan panik. Dan setelah teriakan pertama dari wanita itu, kepanikan mulai menjalar dan merajalela. Semua orang jadi panik dan kekacauan terjadi. Mereka takut, tapi mereka bingung harus berbuat apa atau lari kemana. Alhasil, semuanya menjadi chaos. Tak butuh waktu lama, teriakan-teriakan panik semakin bertambah dan merambat ke tenda-tenda lainnya.

Aku malah tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan semua orang. Tapi, setelah aku ambil waktu sejenak untuk menenangkan pikiranku di tengah-tengah kegaduhan ini, satu hal terlintas di pikiranku.

Selamatkan orang-orang yang penting bagiku.

"Aesa! Ikut aku! Syla dan Ruby, Cyane dan Ren, berpencar dua-dua untuk nyari dan ngumpulin semua siswa Kelas Z!" Aku memberikan instruksi kepada mereka semua.

""Baik!""
""Ok!""

Aku harus mengumpulkan semua siswa Kelas Z. Mereka adalah bibit-bibit pasukan yang kupersiapkan untuk pertempuran di masa yang akan datang. Merupakan suatu kerugian besar bagi umat manusia apabila mereka sampai mati di tempat ini jika ternyata pilar cahaya di sana itu memang tidak bersahabat. Aku tidak bisa mengambil resiko.

"Kita semua berkumpul di bukit itu, segera!" Ucapku sambil menunjuk sebuah bukit batu kecil yang terdapat di arah Barat Daya dari sini.

Mendengar perintahku, mereka mengangguk dan langsung bergerak untum mencari dan mengumpulkan para siswa. Aku memang hanya memikirkan siswa kelas Z. Sementara kelas-kelas lainnya bukan urusanku. Karena mereka lemah dan tak berguna. Aku tak membutuhkan serangga-serangga yang tak berguna.

Eh... Kenapa aku jadi berpikir seperti Cyane... Ah, itu tidak penting!

Aku dan Aesa juga segera bergegas pergi. Setelah mempercayakan para siswa kelas Z kepada Syla dan lainnya, tujuan utamaku sekarang adalah keselamatan keluarga royal Kerajaan Balvara. Terutama Liviara dan Raja Arthos. Namun, sebelum aku beranjak...

"Aristo, situasi di sini, kuserahkan kepadamu!"

"A-aku? Tap--" Aristo masih kebingungan. Tetapi aku sudah tak mendengar ucapannya lagi karena aku juga harus bergerak cepat.

Isekai Medic and Magic 3 : AcademyWhere stories live. Discover now