Ch. 74 - Obliterasi

208 32 6
                                    

Besok weekend lagi. Santai lagi. Push rank lagi. Bergulat dengan istri di kasur sepanjang hari. Menikmati indahnya hidup. Membiarkan anjing-anjing menggonggong, tak menghiraukan hingar-bingar kekacauan di luar sana. Enjoying my life.

Yak, selamat membaca!
_____________________________________

*DEBLAAAARRRRRR!!!*

Serangan light magic berskala maha dahsyat yang telah ditembakkan oleh Holy Titan Zeliarus kepadaku, meledak setelah menabrak barrier pelindung yang baru saja kuciptakan pada jarak 1 inci dari telapak tanganku. Sekilas seperti aku menahan serangan maha dahsyat itu hanya dengan satu tangan. Faktanya, menyentuh kulitkupun tidak.

Ledakan itu menghancurkan segala sesuatu yang ditelannya. Tanah, pohon, batu, semuanya. Kecuali satu, aku. Mungkin lebih tepat kalau aku menyebutnya 'kami'. Karena tubuh yang kukendalikan sekarang ini bukanlah milikku seorang. Tapi juga milik Syla dan Ren. Kami telah melebur menjadi satu. Jiwa, raga, dan juga kekuatan kami.

Kulit demon-ku yang awalnya terbuat dari dark magic murni sehingga berwarna hitam pekat, kini telah tergradasi menjadi berwarna abu-abu gelap kecoklatan. Dengan siluet-siluet berwarna ungu violet yang menghiasi monotonnya warna tubuhku sehingga terlihat lebih indah.

"Hehehehe..."

Kami tak kuat menahan tawa ini. Rasa angkuh dan sombong di dalam hati kami terasa begitu geli menggelitik. Apalagi setelah mengetahui bahwa ternyata kekuatan Zeliarus hanya segini jika dibandingkan dengan kekuatan kami sekarang. Kekuatannya hanya setara cacing kremi yang menggeliat-geliat di atas telapak tangan seekor singa. Begitu lemah dan tak berdaya. Sungguh tak berarti.

Zeliarus sendiri, tidak berhenti menyerang. Setelah gagal melukai kami dengan serangannya barusan, dia melanjutkan serangan-serangan berikutnya. Seluruh kekuatan ia kerahkan. Segenap energi light magic yang ada pada dirinya dia lepaskan untuk membunuh kami.

*DEBAAAAMMM!!!*

*BLEGAAARRR!!!*

*DAARRR DAAARRRR DHUAAARRR!!!*

Namun, meski ledakan dari serangannya sangat besar, kami hanya terus melayang santai sambil bergerak mendekatinya. Kami hanya melayang dan bergerak perlahan di tengah-tengah ledakan yang tak kunjung usai ini. Satu meter, dua meter, semakin lama semakin mendekati Zeliarus. Dan semakin kami mendekat, semakin mati-matian pula Zeliarus menyerang kami.

Menggelikan...

Sungguh, menggelikan...

"Fufufufu..."

Kami hanya menahan aliran udara tertawa geli yang keluar dari paru-paru kami. Paru-paru ini rasanya geli sekali, tak sanggup menahan tekanan rasa ingin tertawa terbahak-bahak yang memberontak keluar. Membuat otot-otot perutku berkedutan karena ikut merasakan geli.

Bagaimana tidak? Melihat monster agung di hadapan kami sedang berusaha keras mati-matian dan hampir putus asa untuk menyerang, namun serangannya sama sekali tidak terasa. Rasa seperti colekan gadis genit saja tidak ada. Terasa gelipun tidak!

"FufufufuhahahahaHAHAHAHA!!!"

Setelah berjarak kurang lebih 10 meter dari monster raksasa ini, aku benar-benar tak kuasa lagi menahan tawa. Aku tertawa terbahak-bahak hingga suara tawaku mengalahkan kuatnya bunyi ledakan-ledakan dari serangan Zeliarus yang seharusnya mengenai kami dengan telak. Apalagi hanya berjarak 10 meter seperti ini.

Lalu kami mencoba menciptakan kembali pedang kesayanganku menggunakan energi magic yang kami miliki sekarang.

"Kuroshi..."

*Zapp!*

Dalam sekejap, langsung tercipta sebuah pedang besar yang sedikit melengkung. Kuroshi tak lagi dapat disebut sebagai katana karena bentuknya sudah berubah total meskipun tetap mempertahankan sedikit lengkungan dari bentuk katana.

Isekai Medic and Magic 3 : AcademyWhere stories live. Discover now