Ch. 60 - Pertandingan Sulit

240 39 2
                                    

Cuaca di sini sedang labil. Bisa hujan seharian, besoknya panas terik, lalu malamnya hujan lagi. Pasien saya jadi bertambah. Tapi hujan adalah berkah yang patut disyukuri. Karena itu, jika di daerah kalian juga sedang seperti ini, jaga kesehatan pribadi dengan berolahraga rutin, tidur yang cukup, serta memakan makanan yang bersih dan bergizi seimbang. Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat.
____________________________________________

*Goonngggg!*

Gong kembali dipukul menandakan waktu istirahat telah usai dan seluruh peserta yang masih melanjutkan perjuangan di turnamen harus bersiap-siap kembali.

"Arkaaa! Ruby mau gulali lagiii!"

"Buset... Kamu udah ngabisin satu gerobak loh sampe-sampe pedagangnya pulang sebelum turnamen kelar karena dagangannya laku semua..."

Ruby sudah menghabiskan banyak gulali sampai semua stok gula yang dimiliki seorang pedagang habis. Entah berapa koin yang sudah kuhamburkan untuk membelikan gulali. Bahkan, rasa laparku sampai hilang hanya dengan melihat Ruby menghabiskan gulali dengan rakus.

Ren dan Syla hanya membeli roti isi daging untuk mengisi perut mereka. Sedangkan Cyane tidak perlu makan. Ia hanya membutuhkan Mana untuk bertahan hidup.

"Ya udah beli gulali yang di sana juga deh." Aku menyerah dan membolehkan pet naga kesayanganku ini untuk membeli gulali lagi.

Ruby terlihat sangat cerah dan ceria hari ini. Ren dan Syla membelikannya dress ala princess berwarna pink dari bahan satin yang berkilauan jika terkena sinar mentari. Belum lagi manik-manik yang tersebar di dress itu, yang memantulkan cahaya mentari. Dari kejauhan, Ruby terlihat bagaikan peri yang berkilauan. Tidak jarang para penjual ada yang memberikannya jajanan gratis karena Ruby terlihat begitu imut.

Aku juga merasa Ruby luar biasa imut hari ini. Ingin rasanya kuikat dia, kuseret ke kamar, dan kulempar ke ranjang untuk mengacak-acak keimutannya itu... Sambil mengenakan dress berkilauan itu, pasti dia akan terlihat... Uuuhh... Hehehehee... Eh! Stop berpikir aneh-aneh!

"Hm?" Syla menatap wajahku dengan memiringkan kepalanya. Dia seperti memperhatikan perubahan yang terjadi dari ekspresiku. "Ar... Jangan bilang kalo... Kamu..."

"Stooop! Stop sampe di situ, Syl! Kalo kamu terusin dan kedengeran orang, aku nggak tau lagi mau gali lubang dimana buat nyembunyiin mukaku!" Dengan setengah berbisik, aku berteriak di dekat telinga Syla.

"Hoo... Rupanya bener... Dasar Arka... Fufufu..." Syla menutup mulutnya dengan jemari lentiknya sambil tertawa kecil, lalu tiba-tiba matanya melebar, seperti mendapatkan ide brilian. Kemudian, secara tak terduga, Syla berteriak. "Oooii! Si Arka sedang horn--uffffbbbbfff!"

Aku langsung membekap mulut Syla dengan telapak tanganku. Istri durhaka ini! Tunggu saja pembalasanku!

"Puhh! Aaahahahaha!" Setelah berhasil melepaskan bekapanku, Syla tertawa puas terbahak-bahak. Semua orang di sekitar melihat ke arahnya, tapi ia tak peduli dan terus tertawa.

Entah kenapa, Syla seperti bisa membaca pikiranku. Apakah semuanya yang kupikirkan itu memang tertulis jelas di jidatku?

Para peserta kembali memasuki arena. Empat Bola Es di masing-masing arena telah diganti baru. Di babak lanjutan menjelang semifinal ini, pertandingan akan lebih seru lagi. Karena mereka semua adalah pemenang di dua pertandingan pertamanya.

***

"Blan, pertandingan berikutnya kita akan menghadapi salah satu tim dari kelas Z."

"Hmfh! Aku juga tau! Kenapa, Wener? Kau takut? Tanganmu gemetar? Apa sebentar lagi kau akan terkencing-kencing? Haha!"

"Tapi, apa kau tidak melihat kalau musuh kita adalah penunggang naga!? Naga! Kita berbicara tentang melawan seekor naga! Blan, Tero, apa kalian punya rencana untuk mengalahkan mereka!?"

Isekai Medic and Magic 3 : AcademyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora