That's Us IV

4.1K 519 284
                                    

Now playing
Anson Seabra - That's Us




"Aku takut," ucap Seungmin dengan lirih.

"Tenanglah, dia hanya butuh beristirahat."

Felix dapat mendengar suara dari sekelilingnya namun rasanya ia masih nyaman memejamkan mata karena kegelapan jauh lebih baik baginya dibanding melihat kenyataan yang menyakitkan. Ia ingin terus terpejam namun suara memohon dari sahabat yang sangat ia sayang membuatnya merasa sedih sampai setetes air mata jatuh dari sudut matanya yang terpejam.

"Felix, apa kau mendengarku? Ini aku, Jisung. Aku sudah membawa banyak makanan manis untukmu, apa kau tidak ingin memakannya? Aku ingin berebut makanan denganmu lagi, Fel. Bangun ya?"

Felix merasakan usapan pelan di kepalanya namun ia masih tidak ingin membuka mata meski ia merindukan sahabatnya. Entah ini hari ke berapa tapi ia masih nyaman dengan keadaan sekarang. Tanpa beban, tanpa rasa sakit, juga... Tanpa seseorang yang dulu sangat ia cinta.

Sehari berlalu Felix masih nyaman memejamkan matanya. Ia bisa mendengar setiap gerakan maupun ucapan yang orang lain ucapkan padanya tapi ia masih tidak ingin membuka mata, atau bahkan ia lebih memilih menutup telinga dan menghentikan detak jantungnya sekarang juga jika ia bisa.

"Sayang.. Ini mama, apa kau bisa mendengar suara mama sayang?"

Ah, itu mamanya. Felix sangat merindukan wanita itu. Rindu memeluk tubuh hangat satu-satunya wanita di hidupnya dan bermanja dengan merengek meminta dibelikan makanan kesukaannya. Memori masa kecil yang membahagiakan namun kenangan itu masih tak bisa membuatnya berniat membuka mata.

"Hei jagoan kecil, apa kau tidak merindukan papa? Ayo bangun agar kita bisa mendengarkan musik bersana lagi."

Felix tersenyum dalam tidurnya. Lelaki terbaik dalam hidupnya juga ada disana. Ia senang dikunjungi orang-orang yang mengasihinya dan ia juga berharap bahwa suatu saat nanti mereka akan selalu bahagia meski dirinya tidak lagi bersama mereka. Pemikirannya terlalu jauh, namun ia juga tak bisa melakukan apa-apa karena dirinya sendiri yang memilih untuk terus tidur dengan tenang.

Keadaan terus seperti itu sampai Felix sendiri tidak tau sudah berapa lama ia memejamkan mata. Felix tak menghitungnya tapi mungkin ini sudah hari ke-20 ia berbaring dengan suara monitor di samping ranjangnya. Hari ini begitu sunyi, atau mungkin ini sudah malam, tapi ia juga tak tau pasti.

Ia terjaga dalam tidurnya dan beberapa saat kemudian ia mendengar langkah kaki mendekatinya. Ah, siapa kali ini? Seungmin? Jisung? Atau mama dan papanya lagi? Ia tak sabar mendengar cerita seru dari mereka yang biasa diceritakan padanya setiap hari. Berkat orang-orang di dekatnya, Felix tidak merasa sendiri meski dirinya tak sadarkan diri. Rasanya lebih nyaman begini dibanding ketika dirinya ada di apartemennya seorang diri sembari menangisi hidupnya.

Langkah kaki itu semakin mendekat kemudian berhenti secara tiba-tiba. Aneh, Felix tidak dapat mendengar apa-apa. Kenapa seseorang yang datang tidak mengatakan apa-apa? Hari ini ia ingin mendengar cerita lucu jadi ia berharap Jisung ada disana.

Suasana begitu hening dan Felix merasa aneh ketika merasakan orang itu menyentuh bibirnya. Apa mamanya kembali memberinya pelembab bibir? Tapi ia tak merasa bibirnya kering sekarang. Suara monitor masih terus terdengar sampai Felix dapat merasakan setetes cairan yang jatuh di pipinya. Ah, orang itu pasti sedang menangis. Apa itu Seungmin? Sahabatnya itu selalu menangis ketika mengunjunginya. Pasti wajah Seungmin menggemaskan dengan hidungnya yang memerah. Ia jadi ingin melihatnya, tapi mungkin tidak sekarang.

"Maaf."

Hanya satu kata dan Felix bisa tau siapa yang kini datang mengunjunginya. Tidak, ia tidak ingin bertemu dengannya. Kenapa sahabat dan orangtuanya sangat jahat sampai memberitau keberadaannya pada orang itu? Felix tidak ingin mendengar suaranya, juga tidak ingin mencium aroma parfum yang dulu setiap hari mengisi kesehariannya. Felix sudah nyaman dalam tidurnya, tapi kenapa orang itu datang dan mengganggu kenyamanannya? Ia ingin berteriak mengusir lelaki itu pergi, tapi bibirnya terasa kelu dan tak bisa digerakkan.

Three Words 4 [ChangLix] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora