Rely On Me III

3.2K 353 60
                                    


Entah dunia memang tak pernah adil padanya atau mungkin semua terjadi karena kebodohannya yang mudah percaya. Seharian Felix menghabiskan waktu di dalam kamarnya dengan menatap kosong ke arah halaman belakang melalui pintu kaca yang ada di kamarnya. Ia belum makan sejak pagi namun ia tak sedikitpun merasa lapar karena rasa kecewanya lebih mendominasi.

Hari berangsur gelap, seseorang mengetuk pintu kamar Felix beberapa kali sebelum kemudian pemuda manis itu bangun untuk membuka pintu. Ekspresi dinginnya muncul ketika di hadapannya kini ada Changbin yang sedang menatapnya dengan tatapan manis yang sangat ia benci.

"Pergi," ucap Felix dengan suaranya yang serak setelah seharian hanya diam tanpa mengkonsumsi apapun.

"Waktunya makan malam, segera keluar atau aku akan menggendongmu dengan paksa," ucap Changbin dengan tegas tanpa mau dibantah.

"Tidak lapar."

Changbin menggapai tangan Felix untuk ia ajak makan namun pemuda manis itu segera menepisnya sebelum kemudian mendengus kesal. Felix memijat kepalanya yang berdenyut sakit karena ia tak punya cukup tenaga, namun Changbin benar-benar mengganggunya dengan menunjukkan diri di hadapannya. Ia tak ingin lelaki itu menyentuhnya lagi, bahkan berhadapanpun rasanya sangat tidak nyaman baginya.

"Jangan memaksaku, aku benar-benar tidak lapar."

"Kau menantangku untuk menggendongmu?"

Felix mengatupkan bibirnya rapat dan tanpa bicara pemuda manis itu segera menutup pintu kamarnya. Seperti yang ia duga Changbin tidak akan menyerah begitu saja. Lelaki itu menahan pintu kamar Felix dan segera mengambil kunci kamar yang menggantung di gagang pintu agar Felix tidak bisa mengunci pintu kamarnya.

"5 menit belum sampai di meja makan, aku akan kembali dan menggendongmu," ucap Changbin dengan final sebelum kemudian berbalik pergi meninggalkan Felix yang hanya bisa mengumpat pada ayah tirinya itu.








"Kau belum menceritakan soal luka di sudut bibirmu."

Mama Felix memecah keheningan di ruang makan dengan pertanyaannya. Felix yang duduk di hadapan mamanya hanya diam sembari mengaduk makanannya dengan tak minat, sedangkan Changbin menatap ke arah Felix sebelum kemudian menjawab pertanyaan dari istrinya.

"Bukan apa-apa, hanya ada seorang anak kecil yang tidak sengaja memukulku."

Felix memutar bola mata malas mendengar jawaban Changbin. Ia jelas tau siapa yang Changbin maksud dan dirinya sama sekali tak berkenan disebut sebagai seorang anak kecil oleh lelaki mesum itu. Pernyataan itu seakan sedang meremehkannya dan ia benci itu.

"Apa pukulan anak kecil bisa sekuat itu sampai membuatmu terluka? Kau tidak berbohong kan?"

"Tidak, anak kecil yang memukulku berbeda. Dia spesial," ucap Changbin yang kemudian kembali menyantap makanannya dengan sesekali melirik Felix yang masih diam. Mama Felix hanya mengangguk mengiyakan kemudian wanita itu beralih menatap putranya.

"Felix, kenapa kau hanya mengaduk makananmu?" Tanya mama Felix yang merasa terganggu karena putranya sama sekali tak memakan apapun sejak tadi.

"Tidak lapar."

"Bukankah kau belum makan sejak pagi?"

"Semalam aku sudah makan cukup banyak," jawab Felix yang kemudian mendongak menatap mamanya.

"Makan obat perangsang," lanjut Felix membuat mamanya terlihat terkejut.

"Apa maksudmu?"

"Ah itu candaan anak muda, iya kan? Aku beberapa kali mendengar candaan semacam itu dari beberapa rekan kerja yang lebih muda. Makan obat perangsang berarti memakan makanan favorit yang menaikkan nafsu makan, ya semacam itu," ucap Changbin mencoba menetralkan suasana yang mulai menegang dan itu berhasil membuat mama Felix mengangguk percaya.

Three Words 4 [ChangLix] Where stories live. Discover now