Labyrinth XII

1.6K 302 93
                                    


Semua anak berhak memiliki orangtua namun tidak semua orangtua berhak memiliki anak. Begitu yang beberapa orang katakan. Ketika anak dilahirkan mereka tak bisa menentukan seperti apa orangtua mereka, sedangkan orangtua bisa membimbing seorang anak untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Lalu bagaimana jika orangtua gagal merawat anak mereka? Ah bukankah orangtua juga bisa durhaka terhadap anak mereka?

Felix duduk dengan tanpa ekspresi di sofa ruang tamu. Di sisi lain, ibunya duduk di sebuah single sofa yang terletak di samping Felix. Mereka berada di ruangan yang sama namun suasana begitu dingin dan tak ada rasa ikatan seperti seorang anak dan ibu pada umumnya.

"Ada apa?" Tanya Felix yang sudah jengah duduk disana.

"Ibu ingin membicarakan sesuatu denganmu."

Felix melirik malas ke arah wanita dengan dandanan mewahnya. Dilihat sekilas saja Felix bisa tau bahwa wanita itu hidup dengan baik tanpa dirinya. Cukup aneh ketika ibunya tiba-tiba datang padahal sebelumnya sama sekali tak berminat menemuinya. Felix ingin berharap namun ia tau bahwa harapan hanya akan menyakitinya seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Kau tau kan jika kau memiliki seorang adik tiri yang masih kecil?"

Felix mendengarkan dengan tak minat namun untuk berbasa-basi pemuda manis itu hanya mengangguk malas.

"Semuanya berjalan dengan baik tapi tiba-tiba ada suatu masalah yang menyebabkan suami ibu terlilit hutang."

"Lalu?"

"Kami sudah memperhitungkan total aset kami namun itu belum cukup untuk mengembalikan seluruhnya. Ibu berniat untuk menjual rumah ini dan akan segera mengiklankannya di beberapa media massa," ucap ibu Felix dengan mantap membuat perhatian Felix sepenuhnya terarah pada ibunya.

Felix berdecih sinis kemudian pemuda manis itu menyilangkan tangan di depan dada sembari mendongak sombong ke arah ibunya. Bibir merah mudanya tertarik ke samping menciptakan seringaian meremehkan yang begitu kentara.

"Bukankah memalukan mengemis aset yang dimiliki oleh mantan anak?" Tanya Felix menekankan kata mantan di kalimatnya.

"Apa maksudmu mantan anak? Kau masih tetap anak ibu!"

"Hebat sekali tiba-tiba aku diakui sebagai anak ketika ibu sedang jatuh."

Felix memutar bola mata malas sebelum kemudian berdiri dari duduknya. Pemuda manis itu menoleh ke arah ibunya yang sedang menatapnya dengan putus asa dan kekehan muncul dari bibirnya mengingat fakta bahwa hak kepemilikan dari rumah itu adalah miliknya. Ah wanita itu benar-benar pintar memanfaatkan seseorang.

"Salah jika ibu kesini, aku tidak memegang surat berharga apapun. Jika memang ibu masih ingin mengemis maka datang saja pada mantan mertua ibu yang kaya raya itu," ucap Felix sebelum kemudian menarik tangan ibunya untuk keluar rumah.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin mengusir ibumu sendiri pergi?"

"Ya."

"Anak kurang ajar! Aku ini ibumu!" Teriak ibu Felix sembari memberontak hingga genggaman tangan Felix terlepas.

Felix acuh dan justru bergerak mengunci rumahnya sebelum kemudian mengantongi kuncinya.

"Jika surga benar-benar ada di telapak kaki ibu, maka aku lebih baik bersantai di neraka dibanding harus merengek pada wanita yang sudah membuangku," ucap Felix dengan tajam sebelum kemudian berjalan cepat keluar dari rumahnya untuk menemui seseorang yang telah berjanji akan selalu ada di sisinya. Ya, Seo Changbin.









Changbin masih tak bergeming, pun dengan sesosok pemuda manis yang masih merengkuh erat perut Changbin tanpa mau menunjukkan wajahnya. Beberapa menit telah berlalu dan keduanya tetap pada posisi yang sama ditemani keheningan yang luar biasa.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang