Labyrinth

2.9K 320 101
                                    

"Sialan!"

Felix keluar dari ruang BK sembari mengumpat dengan ekspresi marah di wajahnya. Baju seragamnya berantakan dan terlihat noda darah mengering di sekitar bibirnya yang sobek. Wajahnya berangsur menampilkan ekspresi datar dan ia terus berjalan cepat tanpa mempedulikan bisikan para siswa di sepanjang koridor sekolahnya. Persetan dengan sekolah, Felix akan membolos saat itu juga.

Pemuda bertubuh kurus dan berkulit putih pucat itu berjalan melewati kelasnya menuju halaman belakang sekolah. Ia meregangkan tangan dan kakinya kemudian berlari kecil dan tubuh kurus itu sukses melewati tembok belakang sekolah yang cukup tinggi. Meski tubuhnya kecil tapi jangan remehkan kemampuan memanjatnya.

Felix berjalan tak tentu arah kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah karena badannya terasa remuk setelah berkelahi dengan salah satu teman di sekolahnya. Kakinya melangkah pelan sampai di depan rumahnya dan saat pemuda manis itu akan masuk suara dari halaman tetangga mengganggunya.

"Kau membolos lagi anak nakal?"

Felix melirik sekilas kemudian segera masuk tanpa mempedulikan seorang lelaki tetangga yang bicara padanya. Felix tidak peduli. Ia tak akan pernah menanggapi ucapan jelek tentangnya. Sedangkan lelaki tadi masih diam di tempatnya menatap ke arah rumah Felix. Ia menghela nafas kemudian segera masuk ke dalam rumahnya.








Felix telentang di sofa ruang tengahnya sembari menatap ke langit-langit. Pandangannya menerawang jauh dan pikirannya berkeliaran entah kemana. Pemuda manis itu menyentuh sudut bibirnya dan ringisan kecil meluncur dari bibir merah mudanya ketika ia merasakan perih akibat luka sobek yang tak ia obati.

"Cukup orangtuamu yang tidak merawatmu dengan benar, setidaknya kau harus bisa merawat dirimu sendiri."

Bruk

"Shh sialan."

Felix memegang perutnya yang baru saja dijatuhi sebuah tas kecil. Memang hanya tas kecil yang ringan namun efek pukulan di sekolah tadi membuat perutnya terasa sakit, mungkin ada memar disana. Entahlah ia tak peduli.

"Singkirkan tanganmu," ucap si lelaki sembari menepis tangan Felix agar tidak terus menyentuh perutnya.

Lelaki itu menarik baju seragam Felix ke atas dan seketika keningnya berkerut melihat banyaknya luka lebam disana. Lelaki itu kemudian menyentuh pelan perut Felix menimbulkan desisan sakit dari sang empunya.

"Jangan menyentuhku!" Sentak Felix sembari menarik bajunya ke bawah.

Seo Changbin, si tetangga Felix itu tak mau kalah. Lelaki itu kembali menarik kasar baju Felix sebelum kemudian mengoleskan salep yang sebelumnya ia ambil di tas kecil yang dibawanya tadi.

"Diam atau aku akan menekan memarmu," ancam Changbin membuat Felix berdecak kesal.

"Aku tidak butuh belas kasihanmu."

"Aku tidak merasa kasihan padamu, aku hanya melakukan tugasku merawat hewan liar yang terluka," jawab Changbin dengan sarkas membuat Felix mengepalkan tangannya.

Changbin adalah seorang mahasiswa kedokteran hewan yang kini sedang magang di sebuah klinik hewan. Lelaki itu tinggal sendirian di rumah sebelah sama seperti Felix yang juga tinggal sendirian di rumahnya. Orangtua Felix bercerai ketika Felix duduk di bangku SMP dan pemuda manis itu kini dirawat oleh neneknya yang tinggal di luar negeri. Sebenarnya tidak bisa disebut merawat juga karena nenek pemuda manis itu hanya mengirim uang untuk mencukupi kebutuhan cucunya, namun wanita itu tak pernah mengontrol keseharian Felix sehingga si nenek tak tau pasti bahwa cucunya sering membuat kerusuhan di lingkungannya.

Tak ada satu orangpun yang peduli pada Felix, kecuali Changbin yang seringkali mengobati luka Felix meski lelaki itu melakukannya dengan memaksa agar Felix mau diobati. Entah lelaki itu merasa kasihan atau munkin ada hal lain yang membuatnya mau melakukannya meski Felix sering mengumpat padanya.

Three Words 4 [ChangLix] Where stories live. Discover now