Mango? Mango! VIII

1.7K 276 190
                                    

Umumnya seseorang akan merasakan cinta ketika menginjak usia remaja. Entah hanya cinta monyet atau bisa juga cinta sesungguhnya yang akan bertahan lama, biasanya orang menyebutnya sebagai cinta pertama. Namun di usia remaja itu pula seseorang akan mendapat dua pilihan, antara cinta yang menyenangkan atau mungkin penolakan cinta yang menyakitkan.

"Changbin."

Felix memanggil Changbin dengan suara pelan. Keduanya kini tengah berbaring bersebalahan di kamar Felix. Jam menunjukkan lewat tengah malam namun keduanya masih bangun karena baru saja selesai menonton video Blackpink favorit Changbin. Lampu kamar itu sudah dimatikan namun Felix yang belum mengantuk mencoba mengajak bicara temannya.

"Changbin, kau sudah tidur?" Tanya Felix lagi yang kali ini dijawab oleh Changbin.

"Belum, ada apa Fel?" Tanya Changbin sembari mengubah posisi berbaringnya menjadi menyamping menghadap Felix.

Keadaan disana gelap namun samar-samar Felix bisa melihat keberadaan Changbin karena ada cahaya lampu di luar yang menembus jendela kamarnya. Felix menahan nafasnya sebelum kemudian menatap lurus ke langit-langit kamar agar tidak gugup.

"Apa kau sudah mengantuk? Maaf aku mengganggumu."

"Tidak apa-apa, lagipula aku belum bisa tidur juga."

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanya Felix yang masih tidak berani menatap Changbin.

"Tentu saja, tanyakan apapun yang kau mau."

"Apa maksudmu lebih enak tinggal di kota?" Tanya Felix ingin tau.

Changbin diam sejenak kemudian pemuda itu mengambil ponselnya dan menunjukkan layarnya pada Felix.

"Disini sinyalnya penuh, jadi aku bisa menonton video Blackpink bahkan ketika aku sedang tiduran. Berbeda sekali dengan di desa, aku harus memanjat pohon dulu, sudah begitu banyak nyamuk pula," ucap Changbin panjang lebar membuat Felix mengangguk paham.

"Tapi di desa kau bisa mendapatkan banyak hasil pangan dengan mudah dan murah, bahkan banyak yang gratis juga," ucap Felix menimpali.

"Bukankah menurutmu disana kurang bebas?" Tanya Changbin dengan pelan kali ini.

"Apa maksudnya kurang bebas? Setiap harinya saja kau bisa pergi kemanapun yang kau mau. Kau juga bisa memetik buah-buahan dan memakannya secara langsung tanpa ada yang memarahi, apa itu belum cukup bebas?"

"Belum Fel."

"Lalu kebebasan seperti apa yang kau inginkan?"

"Seperti tadi."

"Tadi yang mana?"

Felix menoleh menatap Changbin dan pemuda manis itu terkejut ketika wajah Changbin berada sangat dekat dengannya. Jantung Felix mulai menggila lagi, tau begitu ia tidak menoleh ke samping tadi. Buru-buru Felix memalingkan wajahnya namun ia kembali dibuat terkejut ketika tangan Changbin menahan kepalanya agar tetap menatap ke arah pemuda itu.

"Maaf Fel."

"Kenapa meminta ma–"

Mata Felix terbelalak, tubuhnya terasa sangat lemas dan jantungnya seperti berhenti bekerja. Pikirannya buyar ketika sebuah benda kenyal tiba-tiba menempel di bibirnya. Sebuah gerakan yang sebelumnya pernah hampir ia lakukan kini benar-benar terealisasikan namun dengan pelaku yang berbeda. Kali ini Changbin yang memulainya. Iya, memulai untuk mengecup bibirnya. Kenapa Changbin melakukannya?

"Changbin.." Bisik Felix dengan sangat pelan ketika Changbin menjauhkan wajahnya.

"Aku tidak tau apakah kau akan marah jika aku melakukan ini, tapi aku–"

Three Words 4 [ChangLix] Where stories live. Discover now