Parachute II

2.2K 351 84
                                    


"AKU MENANG!!"

Felix bersorak senang di depan sebuah komputer yang menampilkan tulisan "you won" yang sangat jelas disana, sedangkan di bilik sampingnya ada Hyunjin yang mendesah tidak terima lantaran kembali dikalahkan oleh seorang bocah ingusan seperti Felix.

"Kau sudah lama tidak bermain game, bagaimana bisa kau terus menang melawanku?"

"Itu karena kau sangat payah," jawab Felix disertai tawa diakhirnya membuat Hyunjin berdecak tidak suka.

Felix meregangkan otot tangannya yang lumayan pegal setelah bermain game cukup lama hingga matanya melotot kaget ketika menyadari waktu saat ini.

"Sudah jam 1 pagi?!" Pekik Felix dengan terkejut yang diikuti dengan Hyunjin yang menatap ke arah jam dinding di dekatnya.

Felix buru-buru mengambil ponselnya dan pemuda manis itu menelan ludah ketika dilihatnya ratusan pesan dan panggilan tak terjawab dari Changbin. Pemuda manis itu menoleh menatap Hyunjin dengan ekspresi takut membuat pemuda tinggi itu penasaran dan ikut mengintip ke arah layar ponsel Felix dimana ada panggilan masuk lagi dari orang yang sama.

"Aku tidak ikut campur! Maaf kawan, sepertinya malam ini aku tidak bisa menampungmu," ucap Hyunjin yang tiba-tiba bergidik ngeri membayangkan kemarahan dari seorang pemuda yang tengah kalut di tempat lain.

"Hyunjin..."

Felix menatap memohon untuk mencari bantuan namun Hyunjin segera menggeleng heboh sembari menggerakkan tangannya tanda menolak dengan keras.

"Tidak Fel, aku tidak bisa membantu."

Felix menggigiti kukunya lantaran merasa gugup. Ia yakin sekarang Changbin sudah sangat khawatir dan juga marah karena ia tidak dapat dihubungi. Felix menoleh menatap Hyunjin kemudian pemuda manis itu menjentikkan jarinya dengan raut wajah yang lebih cerah dari sebelumnya.

"Ayo pulang ke rumahmu!" Ucap Felix dengan semangat.

"Aku bilang aku tidak mau menampungmu!"

"Tapi aku punya ide bagus!"

"Apa?"

"Setelah sampai di rumahmu nanti aku akan menelpon Changbin dan mengatakan kalau aku tertidur disana, bagaimana?"

Hyunjin terlihat menimbang usul Felix sebelum kemudian mengangguk dan mengajak Felix untuk bergegas ke rumahnya ketika ia melihat notifikasi panggilan tak terjawab dari Changbin padanya juga sangat banyak. Ia sudah merinding membayangkan betapa seramnya Changbin ketika marah, apalagi ini berhubungan dengan Felix yang merupakan objek posesif pemuda itu.

Hyunjin mengendarai motornya dengan kecepatan yang bukan main. Ketika biasanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai disana, kini Hyunjin hanya memerlukan 10 menit saja. Felix turun dari motor Hyunjin dan tangan mungilnya menarik-narik jaket Hyunjin agar temannya itu segera turun dan masuk ke rumah.

Hyunjin membuka kunci pintu rumahnya dan dengan cepat Felix berlari ke kamar temannya. Pemuda manis itu melepas jaketnya, mengambil asal kaos rumahan Hyunjin dan mengganti pakaiannya sebelum kemudian berlari ke arah ranjang dan mengacak rambutnya juga mengucek matanya agar terlihat merah seperti baru bangun tidur. Hyunjin yang baru masuk hanya bisa melongo menatap kelakuan Felix.

"Apa yang kau lakukan?"

"Agar Changbin percaya!"

Felix segera mengarahkan kamera ponsel ke wajahnya kemudian berdehem sebelum memencet tombol video call dengan Changbin yang dalam deringan pertama sudah mengangkat panggilannya.

"Dimana?"

Hyunjin merinding hanya dengan mendengar suara Changbin yang sangat rendah, dari suaranya saja ia sudah tau jika pemuda itu sangat marah sekarang. Felix yang menatap langsung wajah Changbin bahkan sudah menelan ludah dengan takut namun pemuda manis itu memantapkan diri dan memulai aktingnya.

Three Words 4 [ChangLix] Where stories live. Discover now