Labyrinth VII

1.5K 307 66
                                    


Changbin menatap laptopnya dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi oleh seorang tetangga yang beberapa waktu ini selalu menyita waktu dan perhatiannya. Lee Felix, seminggu setelah pindah sekolah pemuda manis itu berangsur semakin membaik. Changbin akan selalu mengantar dan menjemputnya di sekolah dan Felix akan selalu tepat waktu tanpa ada luka di tubuhnya hasil dari perkelahian. Changbin sangat lega mengetahuinya namun masih ada banyak hal yang memenuhi pikirannya soal pemuda manis itu.

Di saat seperti ini Changbin hanya membutuhkan bantuan dari seseorang. Lelaki itu menutup laptopnya kemudian beralih mengambil ponsel untuk menghubungi Chan.

"Halo?"

"Katakan padaku untuk jangan memikirkan masa lalu."

"Apa maksudmu?" Tanya Chan yang kebingungan karena Changbin tiba-tiba bicara demikian.

"Bisakah kau mengatakannya?"

"Berhenti memikirkan masa lalu, itu tidak penting lagi," ucap Chan membuat Changbin menghela nafas lega.

"Ada apa denganmu?" Lanjut Chan dengan heran.

"Ayo minum, sepertinya sudah sangat lama kita tidak mengobrol santai dan minum berdua."

"Tepat waktu sekali, aku sedang stres dengan pekerjaan. Ayo ke tempat biasa."

Setelah bercakap dengan Chan melalui telepon, Changbin segera berganti baju dan keluar rumahnya untuk pergi ke tempat yang sudah dijanjikan. Ini masih pukul 9 malam namun akhir pekan membuat kompleks perumahan sepi karena banyak orang yang sedang keluar. Seperti biasa, ketika Changbin akan masuk ke mobilnya lelaki itu lebih dulu menatap ke arah rumah Felix untuk sekedar mengecek. Tatapannya bertemu pandang dengan Felix yang sedang duduk sendirian di balkon namun hanya beberapa saat saja Felix berbalik masuk ke rumahnya dengan ekspresi datar. Ah Felix masih tetap dingin.









Changbin dan Chan duduk berhadapan di sebuah kedai makanan ringan yang juga menjual minuman beralkohol. Di hadapan keduanya ada beberapa kudapan dan juga dua gelas bir yang sudah diminum setengahnya. Sudah cukup lama mereka tidak minum-minum sehingga rasa alkohol yang mengalir di tenggorokan terasa lebih menyegarkan daripada biasanya.

"Ibuku terus menanyakan soal kekasih, aku sudah lelah mengatakan bahwa aku belum tertarik menjalin hubungan dengan seseorang," keluh Chan sembari mengunyah makanannya dengan tidak semangat membuat Changbin terkekeh pelan.

"Bawa saja seseorang untuk dikenalkan sebagai kekasih dan semuanya akan teratasi, jangan bodoh dan gunakan otakmu."

"Jika seperti itu pasti ibuku akan menuntut segera menikah, bukankah itu akan lebih rumit lagi?"

"Itu mudah, kau hanya perlu menikahi kekasih palsumu dan semua selesai."

"Bicaramu benar-benar lancar seperti knalpot yang masih baru!" Ucap Chan sembari melempar kacang ke arah Changbin yang justru membuka mulutnya hingga kacang itu berhasil ia tangkap.

"Bagaimana denganmu?" Tanya Chan ingin tau.

"Ibuku hanya pernah bertanya soal kekasih ketika aku SMA dan sekarang aku dibebaskan melakukan apa yang aku mau," ucap Changbin dengan bangga membuat Chan berdecih tidak suka.

"Membuatku iri saja," ucap Chan yang kemudian meminum birnya hingga habis.

"Paman, minta satu gelas lagi!" Teriak Chan dengan semangat.

"Jangan terlalu banyak minum, aku tidak mau susah payah menyeretmu jika kau mabuk."

"Semua aman. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Felix?"

Three Words 4 [ChangLix] Onde histórias criam vida. Descubra agora