Shut Up, Felix! IV

2.3K 405 167
                                    


Changbin menatap sekeliling bioskop dimana ada banyak anak kecil pergi bersama orangtuanya. Ini akhir pekan dan film disney masih baru saja ditayangkan jadi tidak heran jika disana ada banyak anak kecil, termasuk seonggok manusia mungil yang sedari tadi berjalan di belakangnya sembari berpegangan pada ujung jaketnya. Siapa lagi jika bukan si biji ketumbar.

"Mau popcorn?" Tanya Changbin sembari menoleh ke belakang dimana Felix sedang asik menatap anak-anak kecil yang sedang berlarian.

"Mau," jawab Felix dengan semangat.

Changbin segera berjalan menuju tempat pembelian makanan dan memesan satu popcorn ukuran besar dan juga dua minuman dingin untuk mereka berdua. Urusan cemilan Changbin yang menanggung karena Felix sudah membeli tiket filmnya. Adil kan?

"Senang ya punya kakak yang mau menemani adiknya menonton," ucap wanita penjaga kasir dengan senyum yang terbentuk di bibirnya.

Felix hanya berkedip polos sedangkan Changbin terlihat memasang ekspresi datar andalannya. Ingat kan ketika Changbin bilang Felix mirip kecambah yang semakin menyusut ketika digoreng? Semua itu terbukti sekarang ketika Changbin dianggap lebih tua dari Felix meskipun sebenarnya mereka seumuran.

Felix itu kecil, tingginya hanya sebatas telinga Changbin itupun tubuhnya cukup ramping dengan wajahnya yang masih bisa disebut seperti anak SD. Changbin tidak marah karena memang Felix terlihat sangat muda, hanya saja ia tidak terima karena Felix dianggap sebagai adiknya. Ia kan tidak mau punya adik yang sangat berisik mirip mainan perahu minyak tanah.

"Dia bukan kakakku," ucap Felix menjelaskan membuat suasana menjadi canggung.

"Ah begitu ya, saya minta maaf kalau begitu," ucap si penjaga kasir sembari tersenyum canggung.

Changbin hanya diam, setelahnya segera menerima popcorn dan mereka berjalan beriringan menuju ruang teater dimana film akan segera diputar. Changbin tidak mau banyak bicara karena tenaganya sudah habis untuk latihan futsal tadi ditambah dengan acara tersungkur di taman rumahnya.







Dua jam berlalu lampu teater kembali menyala, orang-orang mulai pergi meninggalkan tempat duduknya dengan perasaan puas setelah menonton film. Changbin dan Felix masih duduk di tempatnya untuk menunggu keadaan sedikit sepi agar mereka tidak perlu berdesakan.

"Chang."

Changbin menoleh menatap Felix yang terlihat sangat ceria karena keinginan menontonnya sudah terwujud kemudian pemuda itu menjawab sekenanya.

"Apa?"

"Terima kasih ya," ucap Felix dengan senyum manisnya.

"Untuk?"

"Karena Chang mau menemaniku meskipun tangan Chang sedang terluka begini," jawab Felix sembari mengangkat sebelah tangan Changbin yang terdapat plester luka bergambar dinosaurus. Changbin geli sebenarnya karena ia jadi terlihat kekanak-kanakan, tapi ia tetap memakainya untuk menghargai Felix yang sudah tulus mengobatinya.

"Tidak perlu berterima kasih, ayo pulang."

Changbin bangun dari duduknya dan Felix mengikuti pemuda itu dengan tangan mungilnya yang menggenggam belakang hoodie Changbin agar dirinya tidak ketinggalan. Nah, sudah mirip anak kecil yang mengikuti orangtuanya kan?

"Chang mau langsung pulang?"

Changbin tidak menjawab dan pura-pura tidak mendengar apa yang Felix tanyakan. Ketika Felix bertanya begitu artinya bocah tuyul itu belum mau pulang jadi daripada dirinya harus menemani Felix berkeliling lebih baik ia diam saja seperti patung selamat datang.

"Chaangg."

"Aku belikan pizza dan kita langsung pulang," ucap Changbin dengan mengambil jalan tengah. Felix suka pizza jadi bocah itu pasti mau menurut dengan perintahnya. Ia rela kok mengeluarkan uang demi menyelamatkan telinganya dari rengekan Felix. Telinganya lebih berharga, ok?

Three Words 4 [ChangLix] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt