The Book Of You & I VII

2.3K 324 57
                                    


Ketika seseorang sedang jatuh cinta, segala hal di sekeliling terlihat lebih indah dari biasanya. Bibir tak hentinya melengkungkan senyuman sebagai ungkapan kebahagiaan. Namun segala hal di dunia juga tak bisa terus terlihat menyenangkan, ada kalanya badai akan menerjang dan meluluh lantakkan kebahagiaan yang tengah dirasakan. Felix pernah mengalami masa-masa itu. Ia pernah jatuh cinta namun juga pernah merasa sakit yang begitu hebat dari perasaan cintanya. Sudah cukup lama Felix merasakan sakit itu, namun apa ia paham bahwa seseorang turut serta merasakan sakitnya?

"Semuanya sudah siap?"

Suara seorang wanita terdengar dari sebuah ponsel hitam yang tergeletak di meja. Changbin yang sedang sibuk dengan kopernya hanya menjawab sekenanya sebelum kemudian mengambil ponselnya dan beralih membaringkan diri di ranjangnya.

"Sudah bu," jawab Changbin dengan seadanya. Pemuda itu menatap kamarnya yang kini sudah kosong dan tatapannya berhenti ke arah satu sudut dimana ia sengaja meninggalkan sebuah foto yang memperlihatkan dirinya bersama orang yang paling ia cinta. Ia masih enggan meninggalkan tempat itu. Tempat dimana ada banyak kenangan manis yang ia lewati bersama Felix, ia masih belum rela untuk meninggalkan perasaan cintanya disana.

"Kau baik-baik saja?" Tanya ibu Changbin dengan tiba-tiba seakan wanita itu bisa membaca perasaan putranya.

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah karena membereskan barang," ujar Changbin beralasan.

"Ibu ingin melihat wajahmu, boleh?"

Changbin bangun dari posisi berbaringnya kemudian ia mengubah panggilannya menjadi panggilan video yang segera diangkat oleh ibunya. Sedari tadi Changbin mencoba menahan diri namun ketika melihat senyum tulus di bibir ibunya ia tak bisa menahan perasaannya lagi. Pemuda itu menunduk, menyembunyikan air mata yang menggenang di pelupuk mata karena perasaan sakit yang seakan terus menghimpitnya.

"Kau tidak baik-baik saja."

Changbin semakin menunduk dalam dan pemuda itu menangis sesenggukan ditengah malam yang begitu gelap karena bulan tak menampakkan dirinya. Mungkin langit tau bahwa perasaannya sedang berantakan.







"Mau jalan-jalan?"

Jisung bertanya dengan hati-hati pada Felix yang sedang menatap kosong ke arah televisi. Jisung tau hari itu merupakan hari dimana Changbin akan pergi, ia juga tau bahwa sahabatnya sedang berusaha keras mengatur diri agar tidak menunjukkan kesedihan, namun ia sangat paham bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Lebih tepatnya sudah sepekan ini Felix selalu melamun seorang diri sejak membaca surat perpisahan dari Changbin.

"Felix?"

"Aku ingin disini saja," jawab Felix dengan sangat pelan.

"Tidak ingin mengantarnya pergi?"

Felix menggeleng lemah dan itu membuat Jisung tidak tega melihatnya.

"Aku tidak berani menemuinya lagi setelah apa yang sudah aku lakukan padanya beberapa waktu ini. Aku sangat jahat Ji."

"Perbuatanmu memang sudah keterlaluan, tapi tidak seharusnya kau begini. Dia pasti masih menunggumu, bukankah dia mengatakan hanya ingin menatapmu sebentar saja? Mau ya Fel?"

Felix masih diam di tempatnya. Ponsel miliknya ia biarkan tergeletak begitu saja di lantai dekat kakinya. Terakhir kali Felix membuka ponselnya adalah pagi tadi dimana Changbin mengirim pesan bahwa pemuda itu berharap Felix muncul di hadapannya barang beberapa detik saja.

"Aku tidak ingin dia pergi," ucap Felix dengan lirih yang ditanggapi senyuman oleh Jisung.

"Bangun! Aku akan memilihkan pakaian yang bagus untuk kau pakai sekarang."

Three Words 4 [ChangLix] Where stories live. Discover now