FXXT IT II

4.4K 473 126
                                    


"Kenapa kau ingin aku jadi kekasihmu?"

Felix mengedikkan bahunya kemudian pemuda manis itu mengubah posisi menjadi berbaring di samping Changbin sembari menatap langit-langit kamarnya.

"Hanya ingin," ucap Felix dengan pelan membuat Changbin menoleh ke arahnya.

"Dan kau menggunakan cara kotor seperti ini?"

"Akan lama jika aku melakukan pendekatan dengan cara normal."

Changbin bangun dan menindih tubuh Felix kemudian pemuda itu meluapkan kekesalannya dengan membuat tanda di leher Felix di bagian yang akan sangat jelas dilihat oleh orang lain. Setelah itu Changbin menatap hasil karyanya dan tersenyum puas karena Felix akan malu setelah ini.

"Kau pikir aku akan pasrah dan mengikuti semua kemauanmu?" Tanya Changbin berbisik pelan di samping telinga Felix.

"Sialan."

"Katakan apa alasanmu menginginkan aku sebagai kekasihmu," ucap Changbin sembari kembali berbaring di samping Felix.

"Kau akan tau nanti," ucap Felix yang masih tetap merahasiakan niatnya.

Changbin mengedikkan bahunya acuh, ia akan mengikuti kemauan Felix selama pemuda manis itu tidak melakukan hal yang di luar batas. Menjadi kekasih Felix bukanlah hal yang sulit baginya, toh ia tidak kehilangan apapun. Justru ia diuntungkan dengan tubuh Felix kan? Dan juga ia tidak terlalu peduli dengan rekaman yang Felix punya, maka ia akan menunggu dan melihat apa yang sebenarnya Felix inginkan darinya.







Felix menghampiri Changbin yang berada di ruangan milik club musik. Kini dua pemuda itu duduk di sudut ruangan dengan Felix berada di pangkuan Changbin. Tangan Felix melingkar di leher Changbin sedangkan tangan pemuda itu dengan nyaman merengkuh pinggang Felix sampai pemuda manis itu menempel ke tubuhnya. Sudah seperti orang yang sungguhan berkencan? Tidak, itu semua adalah permintaan atau lebih tepatnya perintah dari seorang Lee Felix.

"Apa kau mengancamku hanya untuk bermesraan denganku atau kau memiliki rencana lain?" Tanya Changbin sembari menatap Felix yang kini tengah bersandar di bahunya.

"Jangan banyak bertanya, kau tidak memiliki hak untuk itu," ucap Felix dengan malas membuat Changbin terkekeh pelan mendengarnya.

Changbin kemudian hanya diam sampai matanya menangkap sebuah tanda keungungan hasil karyanya yang nampak sangat jelas menghiasi leher putih Felix.

"Kau memamerkan bekas gigitanku seperti ini?" Tanya Changbin sembari mengusap pelan leher Felix.

"Aku tidak segila itu! Aku menutupinya dengan plester luka tapi aku melepasnya karena disini hanya ada kau. Plester itu sangat mengganggu."

Perlahan Felix menegakkan duduknya kemudian pemuda manis itu menatap jam dinding yang ada di ruangan itu sebelum kemudian menarik tengkuk Changbin untuk menatapnya.

"Kau ada kelas lagi setelah ini?" Tanya Felix yang hanya dijawab dengan gelengan oleh Changbin.

"Bagus, ayo berciuman."

Sebelah alis Changbin terangkat dan sebelum Changbin bisa menjawab Felix sudah lebih dulu melumat pelan bibir pemuda itu. Changbin tak ambil pusing jadi pemuda itu segera mengeratkan rengkuhannya dan membalas ciuman Felix. Ruangan musik kini menjadi terasa sedikit panas ketika dua pemuda itu menaikkan tempo ciuman mereka. Suara kecipak bibir samar terdengar diiringi suara lenguhan pelan yang keluar dari bibir Felix ketika Changbin sesekali meremat pantatnya.

"Apa ada orang di dalam?"

Sebuah suara memecahkan konsentrasi Changbin. Pemuda itu bergerak mendorong pelan tubuh Felix namun pemuda manis itu masih tidak mau turun dari pangkuan Changbin dan masih terus memagut dengan panas. Pada akhirnya Changbin tetap cuek dan membalas setiap lumatan Felix tanpa peduli jika nantinya akan ada yang memergoki.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang