Adrenaline VIII

2.6K 304 91
                                    

Warn!Sex scene nyempil dikit






"Hueekk.."

Pagi-pagi sekali Felix terpaksa bangun dari tidurnya karena merasa sangat mual. Sudah dua hari pemuda manis itu merasa tidak enak badan karena pergantian musim menuju musim dingin. Udara tiba-tiba menjadi sangat dingin membuat dirinya dan beberapa orang rumah terserang flu secara bersamaan.

"Sayang, minum air hangat dulu."

Ibu Felix muncul membawakan secangkir jahe hangat, minuman yang selalu ia buatkan untuk putranya tiap pergantian musim karena Felix memang mudah terserang flu.

"Terima kasih bu."

Felix menghabiskan jahe hangat buatan ibunya kemudian pemuda manis itu membaringkan diri di ranjang sembari memegangi kepalanya yang pusing.

"Aku sudah lama tidak berolahraga membuat tubuhku melemah, besok aku izin pergi ke gym ya bu?"

"Jangan dulu sayang, tubuhmu sedang lemah nanti kau bisa pingsan jika dipaksa berolahraga berat."

Felix cemberut, niatnya bertemu Changbin gagal lagi jika begini. Ia sudah sangat rindu lelaki itu tapi orangtuanya masih sangat membatasi pergerakannya. Sebenarnya Changbin pernah datang ke rumahnya tapi lelaki itu berakhir dihajar oleh ayahnya sehingga ia melarang Changbin untuk datang karena ia tidak tega melihat lelaki itu babak belur.

Hubungan antara Changbin dan Felix sekarang cukup aneh. Awalnya mereka hanyalah lelaki kaya dan sugar baby-nya tapi sekarang keduanya seperti ketergantungan terhadap satu sama lain. Mungkin mereka terlihat seperti dua orang mesum yang sangat suka bergumul panas, namun jauh dalam hati mereka ada suatu perasaan khusus yang membuat keduanya terikat.

"Ibu."

"Ya?"

"Apa aku masih tidak boleh bertemu om Changbin?"

Ibu Felix tidak menjawab kemudian pemuda manis itu memilih diam hingga ibunya keluar dari kamarnya tanpa mengucapkan apa-apa.

Hari berganti malam, Felix duduk di sudut kamarnya sembari menunduk dan menggigiti jarinya. Ponsel Jisung terus bergetar menampilkan nama Changbin namun ia sedang tak berminat mengangkat panggilannya. Setelah getarannya berhenti barulah Felix mengambil ponselnya untuk menelpon Jisung yang kini sudah memiliki ponsel baru pemberian Changbin.

"Halo?"

"Jisung, bantu aku membeli sesuatu."








"Apa kau sedang bercanda?" Tanya Jisung yang kini duduk di tepi ranjang Felix. Pemuda itu menatap pintu kamar mandi yang tertutup dan ia dapat mendengar sahutan Felix dari dalam sana.

"Diamlah, aku hanya mencoba membuktikan sesuatu."

Jisung hanya mengedikkan bahunya hingga ia terkejut ketika tiba-tiba Felix membuka pintu kamar mandi dengan membantingnya. Wajah pemuda manis itu begitu pucat membuat Jisung khawatir karena takut flu Felix semakin parah.

"Ada apa? Kau merasa sakit?"

Felix terdiam sejenak sebelum kemudian berjalan mendekati Jisung dan memberikan sesuatu dengan tangan yang bergetar hebat. Jisung menerima barang pemberian Felix dan seketika pemuda itu membelalakkan mata seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.








"Kita akan merawatnya, tapi ayah tetap tidak menyetujuinya."

Felix berdiri di depan ayahnya yang kini menatapnya dengan tatapan serius. Pemuda manis itu mencoba bicara dengan ayahnya soal hubungannya dengan Changbin namun ayahnya masih bersikeras tidak menyetujui hubungan yang terjalin diantara mereka dan sama sekali tidak mengizinkannya bertemu dengan Changbin.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang