Adrenaline IX

2.5K 315 81
                                    


Felix memejamkan mata dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Pemuda manis itu terbaring lemah di atas meja tamu yang berada di dalam ruangan Changbin dengan tubuh tanpa busana. Tak terasa langit sudah gelap dan mereka baru saja menyelesaikan pergumulan panas tanpa ada seorangpun yang mengganggu.

Cup

"Kau masih bisa berjalan baby?" Tanya Changbin setelah mengecup mesra bibir Felix.

Felix mengangguk kemudian pemuda manis itu bangun dari posisinya dan berpindah duduk di sofa yang empuk dan nyaman. Felix menyandarkan punggungnya kemudian ia mengambil beberapa helai tisu untuk membersihkan lubangnya yang sangat basah oleh cairan sperma Changbin.

"Penuh sekali," ucap Changbin yang tak hentinya menatap ke arah lubang Felix.

"Jangan lagi, tenagaku sudah habis."

Changbin mengangguk kemudian lelaki itu duduk di samping Felix dan memeluk perut pemuda manis itu dengan posesif. Bibirnya tak henti memberikan kecupan di wajah Felix dan pemuda manis itu hanya menerima segala perlakuan Changbin padanya.

"Malam ini biar om antar ke rumahmu, sekaligus om akan bicara pada ayahmu."

Felix terdiam, ia melupakan ayahnya. Ia tak memberi kabar pada ayahnya sejak siang tadi, tapi kenapa ayahnya tidak menghubunginya sedari tadi?

"Sayang?"

Felix menatap Changbin kemudian pemuda manis itu beringsut memeluk sugar daddy-nya sembari bergumam pelan di dalam dekapan lelaki itu.

"Aku takut."

"Kenapa hm?"

"Aku takut ayah akan kembali menghajar om Changbin."

"Tidak sayang, semua akan baik-baik saja. Tenang ya?"

Felix masih tetap memeluk Changbin membuat lelaki itu berinisiatif memindahkan tubuh Felix ke pangkuannya dengan posisi menghadapnya. Tangannya membelai lembut pipi Felix kemudian lelaki itu memberi kecupan cukup lama di kening Felix.

"Om akan baik-baik saja, jangan khawatir."

Perasaan Felix masih tidak nyaman. Pemuda manis itu menatap mata Changbin kemudian ia mengusap pipi lelaki itu dengan tangan mungilnya.

"Om Changbin."

"Ya sayang?"

"Jadilah kekasihku."

Changbin terdiam sejenak. Ia cukup terkejut mendengar Felix mengucapkan hal tersebut namun ia memilih tak banyak bertanya dan hanya mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya.

"Om akan selalu bersamamu dan calon anak kita," ucap lelaki itu yang kemudian memeluk erat tubuh Felix membuat pemuda manis itu merasa nyaman dan terlindungi.








Changbin menghentikan mobilnya di halaman rumah Felix kemudian lelaki itu menatap Felix yang sedari tadi menggenggam tangannya dengan sangat erat. Ia paham Felix merasa gugup dan dirinya juga berusaha menenangkan kekasihnya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kau ke kamar saja ya? Biar om bicara berdua dengan ayahmu."

Felix menggeleng kencang, jika ia tidak mendampingi Changbin, ia takut jika lelaki itu akan benar-benar dihabisi ayahnya. Ia harus menemami Changbin apapun yang terjadi, ini semua kesalahan mereka berdua jadi sangat tidak adil jika hanya Changbin yang disalahkan dengan menggunakan kekerasan.

"Aku ingin menemani om Changbin."

Changbin menghela nafas pelan, seberapa keraspun ia mencoba Felix akan tetap bersikeras dengan kemauannya sehingga ia memutuskan untuk mengalah dan mengajak Felix masuk ke rumah. Satu tujuannya, ia tidak akan membiarkan Felix tersakiti nantinya.

Three Words 4 [ChangLix] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora