Labyrinth V

1.4K 297 61
                                    


Sebuah perasaan akan sulit didefinisikan dengan kata-kata. Sebuah rasa juga tak akan pernah bisa ditunjukkan kebenarannya hanya dengan kata. Katanya perasaan manusia adalah hal paling rumit di dunia, lebih rumit dari sebuah labirin yang memiliki banyak liku, atau mungkin bisa disamakan dengan sebuah labirin yang tak ada jalan keluarnya.

"Kau baik-baik saja?"

Changbin yang tengah membereskan peralatan menoleh menatap seorang rekan yang baru saja bicara padanya. Lelaki itu mengangguk pelan kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mau repot mengeluarkan suara.

"Bukankah kau belum sempat makan siang? Makanlah dulu selagi tidak ada yang harus ditangani," ucap rekan Changbin dengan berbaik hati.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

"Pulanglah."

"Hm?"

"Tidur di tempat istirahat karyawan tidak terlalu nyaman, lebih baik kau membawanya pulang dan merawatnya disana."

"Aku masih harus menyelesaikan beberapa hal."

"Kau khawatir padanya. Pekerjaanmu tidak akan terselesaikan dengan baik jika pikiranmu terbagi. Bawalah dia pulang, aku akan memberi tau Pak Pyo kalau kau pulang lebih awal karena suatu kepentingan."

Changbin berpikir sejenak sebelum kemudian mengangguk tanda menyetujui usul temannya.

"Terima kasih, aku pulang dulu," ucap Changbin yang kemudian beranjak pergi menuju ruang istirahat karyawan dimana ia membaringkan Felix disana.

Ketika Changbin masuk, Felix terlihat masih terlelap dengan tenang. Ia sudah membawa Felix ke klinik terdekat karena khawatir terjadi sesuatu dan dokter disana mengatakan bahwa ada kemungkinan Felix belum mengkonsumsi apapun sejak pagi sehingga terkena maag. Mereka tidak bisa mengkonfirmasinya secara langsung karena Felix masih tak sadarkan diri ketika Changbin membawanya tadi. Akhirnya dokter memberikan infus untuk mengisi tenaga Felix dan Changbin memutuskan membawanya ke klinik tempatnya magang agar ia bisa mengawasi pemuda manis itu.

"Hidupmu masih panjang anak liar," ucap Changbin dengan pelan sembari perlahan melepas jarum infus di tangan Felix untuk kemudian ia tutup bekas suntikan jarum dengan sebuah plester luka.

Perlahan Changbin mengangkat tubuh Felix kemudian ia melangkah keluar dari ruang istirahat untuk segera pulang. Ketika melewati meja administrasi Changbin berhenti sejenak dan mendekat kesana untuk bicara pada seseorang.

"Seungmin," panggil Changbin membuat seseorang yang duduk disana mendongak menatapnya.

"Ada apa?"

"Bisakah kau membantuku sebentar?"

Seungmin mengangguk dan pemuda itu mengikuti Changbin menuju mobil untuk kemudian membantu menurunkan sandaran kursi untuk Felix selagi Changbin menggendongnya.

"Terima kasih bantuannya," ucap Changbin sembari meletakkan tubuh Felix di kursi penumpang.

"Bukan masalah, hati-hati di jalan," ucap Seungmin yang kemudian kembali masuk ke dalam klinik.

Sebelum menutup pintu mobil, Changbin lebih dulu memperhatikan wajah Felix yang penuh luka kemudian tangannya terangkat menyentuh pipi Felix yang terlihat berwarna keunguan.

"Kapan kau akan berhenti menyakiti dirimu sendiri?" Ucap Changbin dengan pelan sebelum kemudian beralih ke kursi pengemudi dan mengendarai mobilnya menuju rumah.









Changbin duduk di kursi meja belajarnya sembari memijat kepalanya yang terasa pusing. Ponsel hitamnya kini menempel di telinganya dengan suara dari seseorang yang sedang bicara.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang