Phase: First Quarter

1.8K 342 145
                                    


Fase setengah bulan adalah ketika bulan terlihat berbentuk setengah dari bumi. Ya, setengah bulan terang dan setengah bulan bayangan. Felix berada pada sisi terang itu, sedangkan Changbin masih bertahan pada sisi gelap tanpa berani mendekati Felix atau bahkan sudah tak bisa lagi. Ia tak masalah menjadi bayangan yang tidak terlihat, namun kali ini ia merasa lebih gelap dari biasanya.

Lee Felix, sosok itu benar-benar menawan. Rambut gelapnya telah berganti menjadi berwarna pirang menambah pancaran indah dari sosoknya. Changbin tentu sangat mengaguminya, namun ia sadar bahwa ia tak memiliki hak apapun atas seseorang yang telah menjadi milik sahabatnya. Ah.. Kenapa selama ini ia tak tau? Apa kenyataan selalu sekejam ini?

"Maaf, ucapanku soal Felix menggandeng seseorang hanyalah bercanda, tapi aku tidak menyangka jika itu akan benar-benar terjadi."

Jisung menatap khawatir ke arah Changbin yang sedari tadi hanya bungkam. Setelah melihat Chan datang tadi, Changbin buru-buru menghindar dengan pergi ke sudut taman yang sepi dan berdiam disana disusul Jisung yang tentunya tak tega melihat sahabatnya sedang patah hati. Jisung sangat paham bagaimana Changbin menantikan saat dimana bisa bertemu dengan Felix, tapi harapan memang tidak selalu sejalan dengan kenyataan kan?

"Tenanglah, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu minta maaf," jawab Changbin dengan senyum tipis di bibirnya setelah sebelumnya menghela nafas berat.

"Sejak awal ini adalah salahku yang tidak berani mendekat dan terus berharap pada sesuatu yang tak pasti, jadi jika akhirnya begini juga aku tidak masalah," lanjutnya yang kemudian memejamkan mata menikmati angin malam yang berhembus pelan menerpa wajah tampannya yang kini terlihat gurat kesedihan disana.

Jisung hanya diam, ia ingin menghibur sahabatnya tapi ia tak tau apa yang harus dilakukan sekarang. Mengucapkan sesuatu seperti "jangan sedih, masih ada banyak wanita atau laki-laki di luar sana," jelas tidak akan berpengaruh apa-apa pada Changbin yang selama ini selalu setia menanti pujaan hatinya. Jika memang kalimat itu efektif, tentunya Changbin sudah menemukan pendamping hidup karena pemuda itu memiliki segalanya. Ketampanan, karir yang sukses, juga sifat lembut dan penyayang. Siapa yang bisa menolaknya?

"Kau mau pergi dari sini? Kita sudah lama tidak pergi ke kedai langganan semasa kuliah. Ayo minum sepuasnya, aku yang traktir," ucap Jisung sembari merangkul Changbin dan menepuk bahu sahabatnya itu untuk memberikan kekuatan.

Changbin terdiam sejenak sebelum kemudian pemuda itu mendengus dan berdiri dari duduknya. Ia tak punya pilihan lain, bersedih di sudut taman yang sepi bukanlah sesuatu yang berguna dan justru menambah pikiran buruknya. Minum alkohol disaat seperti ini memang satu-satunya pilihan yang tepat.

"Biar aku yang traktir," ucap Changbin yang segera diangguki oleh Jisung.

Sepasang sahabat itu akhirnya memutuskan untuk pergi, namun baru dua langkah kaki mereka melangkah tepukan di pundak keduanya membuat mereka serempak menoleh ke belakang dimana ada Chan sudah berdiri disana dengan nafas yang terengah.

"Aku mencari kalian dari tadi ternyata malah berduaan di tempat sepi. Kalian tau kan jika berduaan nanti yang ketiga adalah–"

"Kau setannya," tukas Jisung dengan cepat membuat Chan mendelik tidak terima.

"Kau," Chan menunjuk Changbin dengan ekspresi galaknya kemudian pemuda itu berkacak pinggang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Kau sialan, Bin!"

"Apa maksudmu?"

Changbin mengerutkan keningnya dengan bingung. Ia salah apa? Ia bahkan tidak melakukan apapun dan tidak berusaha mendekati Felix karena ia sudah sadar diri, lalu kenapa ia dimarahi? Ayolah, sekarang Changbin sedang sensitif dan ia tidak ingin diganggu.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang