Shut Up, Felix!

4.5K 416 153
                                    


Lee Felix itu menyebalkan. Anak itu sering merepet tidak jelas pada Changbin yang lebih suka ketenangan. Menurut Changbin, bocah cerewet tetangganya itu mirip tuyul, bisa muncul dimanapun dan kapanpun dia mau. Seperti sekarang, Changbin sedang duduk anteng di kamarnya sembari menikmati musik klasik kesukaannya kemudian bocah tuyul itu tiba-tiba datang mengusiknya. Felix datang dengan senyum sumringah seperti biasa dan ingus yang kemana-mana karena bocah itu sedang flu setelah bermain hujan-hujanan kemarin sore.

"Chang! Kau dengar tidak?"

Changbin terusik. Panggilan Felix padanya sangat tidak enak ketika memasuki gendang telinganya. Chang, katanya. Kalau ia dipanggil Zayn Malik sih pasti senang, tapi apa-apaan itu Chang? Menggelikan.

"Chang dengarkan aku!"

"Apa sih, Fel?"

Terpaksa! Changbin terpaksa meladeni ucapan tetangga rusuhnya itu, kalau tidak bocah tuyul itu pasti akan selalu menerornya dengan sebutan Chang Chang Chang apalah itu. Changbin kesal dan ia hanya ingin Felix segera musnah dari kamarnya.

"Tadi kau melihatku bertugas saat upacara, kan?"

Jadi Felix merusuh di kamarnya sedari tadi itu hanya untuk bertanya perihal Changbin melihat Felix atau tidak. Kalau dinalar sesuai logika, Changbin itu punya mata dan matanya itu sangat sehat tanpa harus menggunakan bantuan kacamata. Changbin dan Felix itu satu sekolah, kalau Felix bertugas saat upacara, sudah otomatis Changbin akan melihatnya. Begitu saja kenapa harus diributkan sih?

"Lihat," jawab Changbin sekenanya.

Nah kan. Changbin itu irit bicara, apalagi hanya untuk menjawab pertanyaan tidak penting ala Felix si tetangga rusuhnya. Malas!

"Tadi aku tampan tidak? Kau terpesona padaku kan? Ayo mengaku!"

Felix mulai lagi dengan ocehan anehnya. Changbin hanya melirik sinis ke arah tetangga tuyulnya. Felix itu imut, kecil menggemaskan mirip biji ketumbar. Pipinya agak chubby dengan bintik-bintik kecil yang manis, matanya bulat dan berbinar lucu dengan sangat polos, hidungnya mungil sekali, lalu bibir pinknya itu sangat menggemaskan apalagi ketika sedang merengut ngambek. Itu kata orang lain. Jika menurut Changbin, definisi dari Felix itu hanya satu. Rusuh!

Mereka sekarang kelas 11 SMA. Sudah sunat tentu saja, tapi tinggi Felix seperti bertahan disitu saja. Tidak bertumbuh, malah kelihatan seperti semakin menyusut didukung dengan tubuh kurusnya yang mirip barbie hidup. Felix itu bisa diibaratkan seperti tauge kalau digoreng, menyusut! Mungkin efek si tuyul sering panas-panasan jadi lemak-lemak di tubuhnya menjadi terbakar, begitu menurut Changbin.

"Chang, ih!"

Changbin melotot ganas. Pahanya panas karena Felix baru saja menampar paha seksinya yang hanya berbalut boxer rumahan dengan bringas. Ah iya, selain rusuh melalui ucapan, Felix juga memiliki tangan mungil yang seakan punya kekuatan super dimana bisa memberikan cap tangan gratis ketika menyentuh kulit Changbin. Dalam kata lain, Felix sering menganiaya Changbin! Tenang, itu hanya Changbin saja yang berlebihan.

"Sakit, Fel!"

Bukannya minta maaf, Felix malah semakin merepet tidak jelas. Bocah itu duduk semakin menempel pada tubuh Changbin yang hanya mengenakan kaos singlet longgar. Hih. Mirip kucing yang ingin kawin!

"Tadi aku tampan tidak?"

Bocah itu bertanya lagi, lalu Changbin harus menjawab apa? Tidak ada! Tidak ada yang perlu dijawab karena dilihat dari sisi manapun tidak ada sedikitpun ketampanan yang menempel di wajah tuyul menggemaskan itu.

Lalu karena misi Changbin adalah menyingkirkan Felix secepatnya dari kamarnya, dengan terpaksa Changbin mengangguk malas sebagai jawaban. Tidak ikhlas sih karena dilihat dari sisi manapun jelas dirinya yang lebih tampan, tapi ia mencoba merelakan dirinya untuk berbohong demi ketentraman di kamarnya.

Three Words 4 [ChangLix] Where stories live. Discover now