Chapter 3. Bisikan Lembut

33.8K 1.9K 110
                                    

"Lu sadar gak si? tadi banyak banget murid yang ngeliat aksi lu di kantin!"

Saat ini, Alvero, Marco dan Ezra sudah kembali ke markas, tempat dimana mereka biasa menghabiskan waktu dan menyusun strategi.

Sedari tadi Marco belum bisa berhenti bicara, sementara Ezra hanya terdiam dan duduk di samping Alvero.

Marco bertanya pada Alvero, tentang bagaimana ia bisa yakin bahwa Sarah adalah perempuan yang mereka cari selama ini.

"Gimana kalo ternyata bukan?? dan lo udah ngelakuin semua itu ke dia tadi??" ucap Marco.

Ezra sedari tadi berpikir, berusaha memahami situasi yang terjadi.

"Marco," panggil Ezra.

"Alvero gak mungkin salah, selain karena dia adalah satu-satunya orang yang pernah liat wajah cewek itu, Alvero adalah orang yang teliti, ingatan dia juga kuat," tutur Ezra.

Marco menelan ludahnya. "Iya juga si, tapi.."

"Kalo emang bener Sarah adalah cewek itu, masa dia tiba-tiba muncul di hadapan kita gini??"

Alvero sontak menatap Marco.

"Apa maksudnya?"

"Ya emang kalian gak ngerasa aneh? kita udah lama banget nyari cewek itu, dan sekarang dia muncul secara gamblang di depan kita bertiga, emang gak mencurigkan?" tanya Marco.

Alvero dan Ezra kini berpikir.

"Bener, mencurigakan," ucap Ezra.

Suasana kini menyelimuti. Ketiga kawan itu sama-sama kembali ke pikiran masing-masing.

Alvero menghela nafasnya pelan. Ia sudah berhasil mengatur emosinya yang sempat tak terkontrol.

Tak lama, Alvero berdiri. "Gua ke rumah Frida dulu," ucapnya.

"Vero, tunggu."

Langkah Alvero terhenti. Ia berbalik dan menatap Ezra yang memanggilnya.

"Gua mau bilang sesuatu ke lo, tentang Sarah."

***

Satu jam kemudian, Alvero kini tiba di depan kediaman Frida. Ia turun dari motornya dan memencet bel.

"Alvero?"

Alvero melihat ibu dari Frida, Octavia yang membuka pintu.

"Malam tante," sapa Alvero.

"Mau ketemu Frida?" tanya Octavia.

Alvero mengangguk.

"Yuk masuk."

"Gak usah ma."

Baru saja Octavia mengajak Alvero masuk, Frida berucap sambil berjalan menuju pintu.

"Di luar aja," ucap Frida.

"Oh gitu, yaudah."

Frida keluar dari rumahnya, kemudian ia duduk di bangku teras.

Frida tak mau menatap Alvero, dan Alvero menyadari itu.

Alveropun duduk di sebelah Frida.

"Kamu marah ya?"

Frida sontak menatap Alvero. "Pake nanya lagi," ucapnya tak percaya.

"Kamu kesini mau ngapain? mau jelasin kenapa kamu bersikap kasar ke seorang perempuan?? apa kamu pikir aku perlu alasan?? gak perlu, apapun alasannya, yang kamu lakukan itu keterlaluan."

Alvero tersenyum. Frida memang tidak pernah berubah, batinnya.

"Maaf."

Frida membuang wajahnya. Ia menggigit bibirnya, masih belum percaya Alvero melakukan semua itu sore tadi.

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now