Chapter 24. The Day We were Born

17.9K 1.3K 27
                                    

"Frans, aku hamil."

"Hah??"

Saat ini, dua orang murid SMP berdiri berhadapan. Keduanya sedang mengobrol di belakang sekolah, di area yang tidak banyak didatangi orang.

"Serius, aku mual-mual terus akhir-akhir ini."

"Kamu cuma sakit aja kali?"

"Enggak Frans, aku beneran hamil, aku ngerasa ada sesuatu di perut aku, aku juga udah baca di perpus ciri-ciri perempuan hamil, dan aku kaya gitu."

"Alyssa, kamu gak mungkin hamil, selama ini kan aku selalu keluar di luar."

"T-tapi kan kamu pernah gak sengaja keluar di dalem.."

Murid laki-laki bernama Frans itu menelan ludahnya. Ia menatap kekasihnya yang berdiri di depannya, menatapnya dengan raut khawatir.

"Frans, aku harus gimana?"

Alyssa memegang tangan Frans. Ia begitu panik.

Frans yang pada saat itu juga masih berusia lima belas tahun, belum bisa berpikir dewasa untuk tahu apa yang harus mereka lakukan.

Satu-satunya jawaban yang ada di kepala mereka adalah dengan menggugurkan bayi di dalam perut Alyssa.

"Aku bakal cari tau tentang obat penggugur kandungan, selama aku nyari, kamu makan nanas yang banyak, pokoknya sebanyak mungkin."

Alyssa mengangguk. Sama seperti Frans, Alyssa juga tidak tahu harus melakukan apa selain hal itu. Ia tidak berani memberitahu orangtuanya tentang kehamilannya. Satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah menyudahi semua ini dan kembali beraktivitas seperti murid kelas tiga SMP pada umumnya.

***

Beberapa bulan sudah berlalu, namun hingga saat ini, Alyssa dan Frans belum berhasil menyelesaikan tujuan mereka.

Berapa banyakpun nanas yang Alyssa konsumsi, ia tetap tidak mengalami keguguran, ia hanya sakit perut karena terlalu banyak mengonsumsi nanas

Begitupula dengan obat-obatan, Frans sudah mengumpulkan uang untuk membeli obat untuk Alyssa, namun tak ada satupun yang berhasil menggugurkan kandungan di perut Alyssa. Tidak ada pendarahan, tidak ada apapun yang terjadi.

Kini, perut Alyssa sudah semakin membesar. Mereka tidak tahu berapa usia janin di dalam perut itu karena mereka memang tidak pernah pergi ke dokter untuk memeriksanya.

Usaha mereka juga belum berhenti sampai disitu, Frans membawa Alyssa pergi ke seorang perempuan yang biasa melakukan praktek aborsi.

Namun karena uang yang tidak mencukupi, mereka berdua diusir dan tidak dilayani.

Setiap hari Alyssa merasa gusar, sebab perutnya entah bagaimana begitu cepat membesar. Ia takut tak bisa menutupinya lagi dari orangtuanya.

Maka dari itu, Alyssa akhirnya pergi dari rumah. Ia tinggal di sebuah gubuk kecil yang merupakan gubuk milik orangtua Frans yang sudah tidak dihuni.

Setiap hari Frans datang membawa sebanyak mungkin makanan yang bisa ia bawa untuk Alyssa.

Entah kenapa, nafsu makan Alyssa naik hampir tiga kali lipa dari biasanya. Frans tahu Alyssa makan tak hanya untuk dirinya, namun bayi dalam perutnya, namun ia tidak menyangka akan sebanyak itu.

Sore ini, Frans membawakan roti, juga susu cair untuk Alyssa. Ia tidak punya uang untuk membeli susu ibu hamil, jadi ia hanya mencuri susu yang ada di rumahnya.

"Frans, kayanya udah waktunya."

Frans melean ludahnya. Ia melihat perut Alyssa yang sudah begitu besar.

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now